Sudah lebih dari seminggu liburan dijalani. Setelah memposting Persembahan Untuk Para Ibu sebagai persembahan di Hari Ibu yang tulisannya sudah dipersiapkan malam sebelumnya saya tidak membuat tulisan apa-apa.
Selama saya menulis di Kompasiana bahasannya sederhana dan ringan. Kalau ada yang mempertanyakan maka saya akan jawab karena saya hanya bisa membuat bahasan yang sederhana dan ringan.
Saya menulis keresahan yang saya temui atau rasakan lalu saya tumpahkan dalam tulisan dengan ringan dan sederhana. Saya belum bisa menulis bahasan yang membuat pembacanya seperti diterkam, dipreteli, dan dilahap. Berbeda dengan buku yang kemarin saya baca setelah lebih dari seminggu saya tidak membaca.
Karena tidak menulis apa-apa saya lalu mencari buku koleksi si sulung dan menemukan satu buku yang menarik perhatian saya. Melihat judulnya saja saya sudah cukup dibuat melotot Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya tulisan Rusdi Mathari yang diterbitkan oleh Buku Mojok. Saat membaca bukunya diri saya seperti dilahap habis dan dipreteli tak bersisa.
Saya lalu mencari ciri dari buku atau tulisan yang bagus berdasarkan pengalaman saya dilahap buku, jawabannya saya dapatkan dari beberapa quotes diantaranya :
1. Berbincang dan pendengar yang baik.
Buku yang baik cenderung seperti kegiatan berbincang antara pembaca dengan buku. Karena setiap buku sejatinya seperti bicara dan buku yang baik juga sebagai pendengar hebat dengan mengerti keresahan pembacanya.
Reading is a coversation. All books talk. But a good book listen as well. (Mark Haddon)
Buku yang saya baca persis seperti itu, saya seperti diajak berbincang tentang perenungan ulang pemahaman atas agama Islam.
2. Seperti ditinggal teman.
Tulisan atau buku yang baik akan sangat dinikmati pembacanya. Tiap kata dibaca tidak terlewat atau malah hanya di scroll saja. Saat membacanya seperti pertemuan dengan teman lama dan dekat. Saat selesai membacanya seperti akan berpisah dan kehilangan teman lama. Sedih dan mempertanyakan kenapa selesai dan berakhir.
