Mohon tunggu...
Karin Na Maulana
Karin Na Maulana Mohon Tunggu... -

Usah memetakanku,kenali sj aku apa adanya.Pun tak perlu mengeja langkahku&memahamiku dlm satu sisi rupa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kangmas,aku dan semangkuk opor.

10 September 2010   17:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:19 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Siapa yang ngasi opor ini Diajeng?" tanya suamiku ketika kami berdua duduk di berhadapan di meja makan. "Loh! kok siapa gimana sih kangmas? memangnya kenapa? ga enak ya?" tanyaku balik sambil berdebar-debar menunggu reaksi dari suamiku. "Justru karena rasanya yang enak jozz inilah aku jadi penasaran darimana masakan ini kamu dapatkan? di kasi ibuk atau beli dari warungnya mbak Har?" lanjut suamiku sambil memandangku penuh selidik. Senyum kecilku tersungging sambil mencoba secuil daging ayam di atas piringku. "Kalau aku bilang opor ini hasil masakanku kangmas percaya ga?" "Hmmm...aku tahu kamu bukan perempuan yang suka bohong.Tapi karena belum pernah melihatmu memasak kok rasanya sulit dipercaya juga" agak cemberut aku mendengar jawaban suamiku.Tapi buru-buru aku memakluminya karena memang benar,seminggu setelah pernikahan kami baru kali ini lah aku memasak untuknya.Karena meskipun kami sudah punya rumah sendiri seminggu setelah pernikahan kami masih makan dirumah ibu dari suamiku. "Kedua tanganku inilah yang membuat opor ayam ini ada di atas meja malam ini kang mas" sahutku meyakinkan suamiku. "Ah,memang tak salah aku memilihmu" Puji suamiku yang membuatku semakin merasa beruntung mendapatkannya. "Ini bukan opor biasa kang mas.Ada filosofi di dalamnya.Memasak opor bukan sekedar memotong ayam lalu memasukkan nya ke dalam panci.Bukan juga sekedar mencampurkan bawang merah,bawang putih dan santan kelapa lalu di aduk jadi satu. Bukan kangmas,bukan hanya itu". Suamiku memandangku sambil tersenyum.Tenang,seperti biasanya.Ah,suamiku memang punya sifat kebalikan dari sifatku yang geradakan.Apapun masalah yang ada selalu dihadapi dengan tenang.Termasuk menghadapiku yang serba geradakan ini. "Trus?" tanya suamiku pendek seolah-olah sudah tahu bahwa akan ada deretan ocehan yang akan keluar dari bibir bawel istrinya ini. "Opor yang lezat ini tidak datang karena diantar doraemon.Pun tidak tiba-tiba ada di atas meja,meskipun kalau aku mau aku tinggal pergi ke warung makan atau pesan di katering yang siap antar.Untuk membuat opor ini butuh proses kang mas.Aku harus mengeluarkan ayam ini dari kulkas agar bunga-bunga es yang membuat ayam itu tidak basi mencair. Butuh waktu sebelum ayam itu siap aku bumbui.Seperti hidup juga begitu kan kang mas? butuh proses.Untuk mendapatkan sesuatu yang kita impikan tentu saja ada rangkaian hal yang harus di jalani. Harus sabar adanya. Jangan tergoda untuk mengambil jalan pintas. Coba apa jadinya kalau aku langsung memasak ayam itu tanpa menunggu ia mencair terlebih dahulu? Ayam itu pasti cuma matang di luar tapi bagian dalamnya masih mentah ! Pasti masih ada darah-darah beku yang membuatmu enggan melahap opor ayam ini. Nikmati proses hidup itu agar jiwa kita matang penuh kedewasaan dan kebijaksanaan." "Pinternya istriku.Sekarang kang mas tanya ya.Apa yang diajeng lakukan setelah memberi bumbu pada ayam itu? apa langsung memasukkannya ke dalam panci untuk dimasak?" Ga kaget aku mendengar pertanyaan suamiku,karena aku sudah hafal suamiku pasti akan memberi pertanyaan-pertanyaan pancingan sekedar untuk mengetahui cara berpikirku. "Ya ga lah kang mas,biarkan bumbu itu meresap dulu" "Lalu apa yang kamu lakukan selama menunggu bumbu itu meresap?apa kamu hanya duduk sambil memadangi ayam itu di atas piring?atau ada hal lain yang kamu lakukan?" lanjut suamiku masih dengan pertanyaan pancingan. "tentu saja ga.Aku bisa menyiapkan peralatan makan atau mungkin aku bisa melakukan pekerjaan lain.Ya seperti hidup ini. Terkadang untuk mendapatkan karakter yang baik, butuh waktu yang lama. Sementara karakter kita dibumbui, kerjakan hal lain yang berguna. Jangan hanya fokus untuk menunggu bumbu ayam meresap karena bisa-bisa kita akan merasa bosan. Warnai hidup selagi proses itu berjalan". Suamiku manggut-manggut tanda setuju dengan pemikiranku. "kang mas semakin mencintaimu diajeng.Kamu benar,Ketika kamu mencoba hal-hal baru, tanpa sadar waktu berjalan dengan cepat dan kamu bisa mendapatkan banyak pengalaman dengan memperindah batinmu" "Eitzz...masih ada satu proses lagi kang mas sebelum opor ayam ini benar-benar siap dihidangkan.Yaitu proses menghidangkannya.Setelah matang, mengangakat dan meindahkannya ke dalam mangkukpun ga boleh gegabah.Kuah yang bergolak di dalam panci itu bisa tumpah dan melukaiku kalau aku gegabah dalam mengangkatnya.Harus dipegang kuat-kuat dan di angkat pelan-pelan.Nah seperti karakter kita ini.Kepribadian kita teruji dengan tempaan masalah dan panasnya kuah yang mendidih. Jangan mengeluh dan gegabah, jalani pelan-pelan. Karena dalam tekanan, jikalau gegabah tindakan kita mungkin dapat menyakiti diri sendiri atau orang lain yang berada di sekitar kita termasuk pasangan kita.Jadi kang mas,ini bukan sekedar memasak,tapi ada filosofi di dalamnya.Banyak yang bisa kita pelajari dalam proses memasak dalam hidup ini". Pelan,sendok di tangan suamiku diletakkan sebentar dan tangan kanannya meraih jemari saya dalam genggamannya.Ah,aku suka sekali momen seperti ini.Sepertinya dunia ini memang cuma milik kami berdua dan yang lain ngontrak. [caption id="attachment_254900" align="alignnone" width="223" caption="gambar ngambil dari google"][/caption]


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun