Klaten (25/07/2020) – Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro 2019/2020 wilayah Kabupaten Klaten melaksanakan Sosialisasi Pembuatan Hand Sanitizer dengan memanfaatkan Ekstrak Daun Sirih dan Lidah Buaya sebagai Bahan Antiseptik Alami untuk Menanggulangi Covid-19 di kampung halamannya Dusun Posakan Barat RT 02/RW 10 Desa Cawas, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten. Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan acara arisan rutin Ibu-Ibu PKK Posakan Barat.Â
Pandemi Covid-19 menyebabkan tingginya permintaan hand sanitizer. Terbatasnya jumlah persediaan hand sanitizer menyebabkan harga dari hand sanitizer cenderung lebih tinggi/mahal. Sedangkan banyak orang yang membutuhkan hand sanitizer untuk mencuci tangan. Utamanya bagi mereka yang sedang bekerja dan jauh dari tempat cuci tangan.Â
Masyarakat Desa Cawas sendiri rata-rata bekerja sebagai pedagang yang kadang tempat berjualannya pun jauh dari tempat cuci tangan. Sedangkan mereka lebih rentan terinfeksi Covid-19, karena intensitasnya bertemu dengan orang banyak diluar.
Kurangnya pengetahuan dan kreativitas masyarakat dalam mengolah daun sirih dan lidah buaya yang mengandung bahan antiseptik alami menjadi hand sanitizer menarik bagi Karina Puteri Pamungkas mahasiswa S-1 departemen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro yang sedang melaksanakan KKN di kampung halamannya untuk mengajak masyarakat membuat hand sanitizer dari bahan Alami.Â
Daun sirih dan lidah buaya bila diolah dengan baik dan sesuai dengan takaran bisa digunakan untuk pembuatan hand sanitizer untuk menghemat budget pengeluaran. Sehingga masyarakat perlu tahu bahwa hand sanitizer dapat dibuat sendiri dengan murah dan mudah.
Sosialisasi ini dilakukan agar masyarakat dapat dengan mudah membuat hand sanitizer sendiri di rumah dengan memanfatkan bahan yang ada sekitar. Seperti daun sirih, lidah buaya dan jeruk nipis. Di samping bahan yang mudah didapatkan prosesnya dapat dilakukan secara sederhana. Selain hemat, hand sanitizer ini menjadi salah satu barang terpenting untuk mencegah penularan Covid-19.
Bahan yang digunakan untuk membuat hand sanitizer mempunyai kandungan saponin, flavonoid, tanin dan polifenol. Saponin mempunyai kemampuan sebagai pembersih sedangkan tanin dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi karena mempunyai daya antiseptik. Flavonoid dan polifenol yang terdapat dari bahan-bahan diatas mempunyai aktivitas sebagai antiseptik, antibakteri, dan antioksidan dari bahan alami non kimia.Â
Secara garis besar, proses pembuatan hand sanitizer alami diawali dengan mencuci 50 gram (10-15 lembar) daun sirih  hingga bersih dengan air yang mengalir. Kemudian dikeringkan. Setelah itu daun di potong lembut menjadi kecil kecil, tambahkan 100-200 ml air dan lakukan proses ekstraksi/tim dalam panci pengukus dengan api sedang.Â
Sembari menunggu ±30 menit proses ekstraksi tersebut, blender daging lidah buaya tambahkan sedikit air lalu saring. Selanjutnya peras satu jeruk nipis ukuran sedang. Campurkan hasil ektrasi daun sirih yang telah didinginkan dan disaring dengan lidah buaya yang telah di blender serta perasan jeruk nipis. Aduk hingga semua tercampur rata, tuang pada botol spray dan hand sanitizer siap untuk digunakan. Di karenakan berasal dari bahan alami jangka pemakaian atau daya tahan dari hand sanitizer ini hanya berkisar 1-2 minggu saja.
Antusias Ibu-ibu dalam mengikuti sosialisasi ini cukup baik, mereka aktif dan kritis untuk bertanya sehingga mereka dapat mempraktekkan sendiri di rumah masing-masing. Dalam sosialisasi ini juga dibagikan hand sanitizer sebagai sampel yang dapat digunakan sebagai contoh dan mencuci tangan. Karina juga membuat video tutorial yang bisa dibagikan melalui grup whatsapp desa dan dilihat melalui youtube.
Program kedua yang dilaksankan oleh karina adalah Edukasi Mengenai Manfaat Pentingnya mempunyai Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) dan Pemasaran Online bagi Pelaku UMKM di Desa Cawas. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan dan menjelaskan manfaat IUMK serta pemasaran online yang berbasis digital pada masyarakat pelaku UMKM.Â
Proses penyampaian materi diawali dengan berbicang santai dengan para pelaku UMKM dilanjutkan dengan pemberian materi presentasi dan leamfet brosur sebagai bahan bacaan untuk mereka. Beberapa UMKM di Cawas seperti UMKM Pembuatan rambak, abon sapi, telur asin, kopi dan coklat serta keset dari kain perca. Â
Sebagian besar UMKM tersebut belum mengerti apa itu IUMK dan fungsinya. Mereka berpendapat bahwa menjalankan usaha adalah menghasilkan suatu produk kemudian dijual dan laku begitu saja. Tanpa memikirkan jangka panjang kedepan seperti apa. Dalam penyampaian tersebut juga diberikan arahan bagaimana mereka bisa mendapatkan IUMK dan cara melakukan pemasaran online itu seperti apa dan menggunakan media apa saja.
Dengan adanya beberapa manfaat diatas diharapkan masyarakat terus mampu mengembangkan usahanya sehingga program ini dapat berjalan sesuai dengan tema Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi Covid-19 Berbasis pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Karena pada dasarnya UMKM merupakan salah satu penggerak ekonommi rill dalam pembangunan berkelanjutan.
#KKNTimIIperiode2020
#p2kknundip
#lppmundip
#KKNUndipKlaten
Oleh : Karina Puteri Pamungkas/S-1 Manajemen FEB Universitas Diponegoro
Editor : Dr. Ir. Pinandoyo, M.Si