Mohon tunggu...
Karina Ikrar Sidi
Karina Ikrar Sidi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang kesehatan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada, Nyamuk Merajalela Tanda Musim Hujan Tiba

21 September 2025   17:14 Diperbarui: 21 September 2025   17:14 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: Envato Elements

Yogyakarta - Nyamuk memiliki ukuran tubuh yang kecil serta memiliki suara yang bising. Suara yang dikeluarkan dari nyamuk dan gigitan nyamuk sangat mengganggu aktivitas. Selain itu, bisa menyebabkan potensi penyakit yang membahayakan. Gigitan nyamuk menyebabkan gatal-gatal kemerahan dikulit, bahkan bisa menjadi penyakit yang sering kita dengar dengan istilah Demam berdarah (DBD). Ternyata Kemunculan nyamuk sendiri sudah ada sejak Zaman Jurassic atau di masa prasejarah yang terjadi ratusan juta tahun silam.

Nyamuk Aedes Aegypti memiliki ciri khas warna yang hitam dan belang putih disekujur tubuhnya. Namun apakah nyamuk tersebut dapat berkembang biak disemua kondisi lingkungan?

Dikutip dari penelitian yang dilakukan di Laboratorium FSM UNDIP ternyata perkembang biakkan nyamuk Aedes Aegypti yang optimal di suhu 25C-27C. Terlebih, Indonesia merupakan negara tropis, pada saat siang hari terasa panas menyengat sedangkan di malam hari terasa angin sehingga suhunya ideal untuk nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak. Sementara itu, berdasarkan informasi dari laman Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas, nyamuk Aedes Aegypti lebih aktif menggigit di siang hari atau dua jam setelah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam.

Munculnya nyamuk bisa menjadi penanda jika musim hujan sudah tiba. Lingkungan rumah yang memiliki banyak genangan air menjadi salah satu faktor yang membuat nyamuk nyaman untuk beristirahat dan berkembang biak, sejalan dengan banyaknya genangan air tersebut maka jumlah nyamuk akan meningkat. Adanya genangan air di lingkungan rumah dilihat dari seberapa sering pemilik rumah membersihkan rumahnya.

Genangan air yang berada di halaman rumah dapat berpotensi menjadi permasalahan kesehatan lingkungan, hal ini apabila pot tanaman yang dimiliki penghuni rumah jarang dibersihkan sehingga banyak genangan air di beberapa sudut yang tentunya sangat disukai nyamuk untuk berkembang biak. Tentu saja, nyamuk yang berada di luar rumah bisa saja masuk ke dalam rumah, kemudian nyamuk akan dengan mudah untuk masuk melalui celah pintu, jendela, ataupun lubang air yang bisa membuat nyamuk berkembang biak di dalam rumah.

Selain di halaman rumah, area lingkungan rumah mencakup banyak bagian, namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua bagian tersebut terpakai dengan maksimal sehingga kemungkinan masih adanya area yang terlupakan untuk dibersihkan, contohnya adalah sudut rumah. Pada umumnya sudut rumah dimaksimalkan untuk area tumpukkan barang, sesuai dengan kebiasaan orang Indonesia yang merasa barang-barang tersebut masih bisa dipakai pada saat-saat tertentu, sehingga nyamuk sangat nyaman untuk berlindung di sudut rumah yang gelap dan lembab.

Menurut pakar Entomologi IPB University yang dilansir dilaman IPB University Bogor, menjelaskan  fakta terbaru ternyata nyamuk lebih tertarik dengan individu yang mudah berkeringat. "Nyamuk tertarik pada zat-zat yang dikeluarkan melalui keringat seperti amonia dan asam laktat. Selain itu, karbon dioksida (CO) dari pernapasan dan suhu tubuh yang hangat juga menjadi faktor penarik," ujar Dr Supriyono, pakar Entomologi IPB University. Beliau juga menambahkan bahwa pakaian berwarna gelap lebih menarik perhatian nyamuk.   

Apabila perilaku hidup bersih dan sehat tidak dilakukan, maka nyamuk Aedes Aegypti bisa menyerang anggota keluarga yang kita sayangi. Berdasarkan data jumlah laporan yang dikutip dari laman Dinas Kesehatan Kota Bogor, Kota Bogor merupakan provinsi dengan kasus DBD tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2025 Kota Bogor mengalami penurunan prevalensi DBD jika dibandingkan dengan tahun 2024. Angka kasus individu yang terjangkit DBD menyentuh angka 550 kasus pada bulan Februari 2024.

Menurut Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono melansir laman detik.com yang menyinggung penyakit mematikan karena nyamuk Aedes Aegypti ternyata menyumbang kematian terbanyak dibanding kematian karena hewan buas. Pemerintahan Indonesia saat ini berperan penting  memantau kegiatan program juru pemantau jentik (jumantik) dan fogging . "Namun semua ini tidak akan berhasil tanpa dukungan lintas sektor, termasuk peran aktif DPR RI dan masyarakat" Ujar Dante Saksono Harbuwono selaku Wakil Menteri Kesehatan RI.

Berdasarkan arahan gerakan dari laman Kementrian Kesehatan RI dapat dilakukan gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk memberantas jentik nyamuk, yaitu gerakan 3M Plus; menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas, serta Plusnya adalah memasang kawat ventilasi, letakkan baju bekas pada wadah tertutup, serta pencegahan untuk diri sendiri seperti menggunakan lotion anti nyamuk, menjaga hygiene diri sendiri, dan memelihara ikan pemakan jentik nyamuk. Kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat akan meminimalisir perkembang biakkan nyamuk di lingkungan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun