Mudik Bersama KAI: Dari Stasiun ke RedaksiÂ
Sore itu, langit Kota Malang diguyur hujan. Dari balik jendela kereta yang melaju meninggalkan Stasiun Malang, rintik-rintik air mengalir perlahan, memburamkan pemandangan luar. Duduk di kursi biru kereta Gajayana, aku seharusnya bisa larut dalam lamunan, menikmati ketenangan yang hanya bisa ditemukan di perjalanan panjang seperti ini. Namun, layar tablet di pangkuanku berkata lain.
Satu demi satu paragraf kubangun. Judul berita sudah kupilih: "Sehari, 8.154 Penumpang Memanfaatkan Stasiun Malang". Data baru saja kudapat dari Humas KAI Daop 8 Surabaya beberapa menit sebelum kereta berangkat. Bahkan foto ilustrasi untuk berita itu kuambil sendiri, tepat sebelum menaiki kereta yang akan membawaku pulang ke kampung halaman, Nganjuk.
Sebagai jurnalis, aku terbiasa dengan ritme yang tak menentu. Tidak ada tanggal pasti kapan aku bisa mudik Lebaran. Jika libur diumumkan mendadak, penugasan bisa datang lebih cepat. Tiket kereta? Jangan harap bisa memesannya jauh-jauh hari. Maka, seperti tahun ini, aku memesan tiket hanya dua jam sebelum keberangkatan. Ajaibnya, masih tersedia. Bahkan aku dapat diskon karena termasuk tiket go show.
Jumat, 28 Maret 2025. H-3 Lebaran. Aku naik kereta Gajayana pukul 14.55. Hari itu aku masih bekerja. Empat berita harus kukirim ke redaksi. Masalahnya, belum satu pun terkumpul saat aku tiba di stasiun. Tapi pengalaman mengajarkanku bahwa berita selalu ada bagi yang mencarinya. Begitu duduk di ruang tunggu, aku langsung menghubungi Humas KAI. Rilis berita lengkap dan data penumpang langsung dikirim. Kerja dimulai.
Di dalam kereta eksekutif yang nyaman dan tenang, aku menyusun berita sambil sesekali melirik ke luar jendela. Kursi empuk, pendingin ruangan yang stabil, dan suasana yang tak bising. Menjelang waktu berbuka, aku sudah menuntaskan semua berita. Empat artikel terkirim, lengkap dengan foto. Semua tayang. Dan ya, salah satunya adalah tentang perjalanan mudikku.Â
Ini momen yang akan selalu kukenang. Dua tahun terakhir aku mudik dengan sepeda motor karena kehabisan tiket kereta. Tahun ini, aku bisa pulang lebih aman dan nyaman. Meski sedang berpuasa, aku tak merasa lelah sedikit pun. Ketika waktu berbuka tiba, suara adzan dikumandangkan melalui pengeras suara kereta. Penumpang pun membuka bekal masing-masing. Hangat, sederhana, dan penuh rasa syukur.
Tahun ini, PT KAI menambah dua perjalanan kereta api jarak jauh dari Stasiun Malang dalam rangka KAI Angkutan Lebaran 2025. Tambahan itu terbukti sangat membantu. Tiket masih bisa dipesan bahkan di hari keberangkatan. Padahal, satu bulan sebelum masa angkutan dimulai, tiket sudah diburu banyak orang.
Jika hari itu aku tak mendapatkan tiket, besar kemungkinan aku akan pulang dengan motor keesokan harinya. Tapi kenyataannya, aku bisa bertemu keluarga tanpa harus menunggu lama, tanpa rasa capek berkendara berjam-jam. Liburanku yang tak lebih dari sepekan ini terasa penuh, bukan hanya karena bisa mudik, tapi karena berhasil membagi waktu antara kerja dan pulang kampung. Dur/