Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Utang, Teman Baik yang (Mungkin) Berkhianat

17 Juli 2020   19:42 Diperbarui: 21 Juli 2020   09:25 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi utang negara. (sumber: KOMPAS/JITET)

"Memilih dia yang bergelimang harta, menyelinap cinta yang beraroma dusta"

Sepatah sajak goresan emas Suyatri Yatri ini menggambarkan hidup di tengah pandemi saat ini. Bangsa-bangsa yang terpuruk sedang menantikan bantuan dari teman-teman baik yang "bergelimang harta" katanya. Ya, teman baik itu bernama utang. Hari demi hari, negara-negara berkembang tak henti membuka gerbang mereka agar utang dapat masuk.

Maju kena, mundur kena. Politisi papan atas negeri ini selalu berbalas kata satu sama lain mempertanyakan, "Mau menyelamatkan nyawa atau ekonomi dulu?" Bagi yang mendahulukan nyawa tentu berpihak kepada uluran tangan teman kita, si utang. Sesungguhnya keputusan itu tidak semata salah. 

Apalagi penanggulangan krisis kesehatan adalah paramount bagi tiap negara. Apapun biaya yang muncul harus ditanggung. Tetapi kita harus pandai menelaah, cinta apa yang sedang dipersembahkan si utang? Apakah itu cinta yang "beraroma dusta" atau murni uluran tangan semata?

Berguru Soal Utang dengan Masa Lalu

ilustrasi: @Kanopi_FEBUI
ilustrasi: @Kanopi_FEBUI
Pada masa-masa sulit, sejarah telah menunjukkan bahwa bantuan utang dapat dibenarkan. Akumulasi utang tambahan dapat membantu negara-negara berkembang untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang meningkatkan pertumbuhan jangka panjang, seperti infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan untuk melindungi kelompok-kelompok rentan.

Lagi pula, akumulasi utang sementara juga dapat memainkan peran penting dalam membantu membalikkan resesi ekonomi jangka pendek. Selama resesi, pengeluaran pemerintah yang dibiayai oleh utang dapat memberikan stimulus untuk mendukung permintaan (Bank Dunia, 2015). Dengan kata lain, berutang adalah jalan yang tepat agar kebijakan fiskal ekspansif dapat dilakukan dan merangsang aktivitas ekonomi.

Biarpun begitu, kita sepatutnya belajar dari pengalaman buruk dengan utang di masa lalu. Gelombang akumulasi utang global telah terjadi tiga kali sepanjang sejarah: 1970-89, 1990-2001, dan 2002-09 (World Bank, 2020).  

Semuanya telah terbukti mendorong negara-negara terutama negara berkembang atau Emerging Markets and Developing Economies (EMDEs) menuju jurang krisis finansial.

Rendahnya suku bunga dan perubahan besar pada pasar keuangan yang mendorong pinjaman besar-besaran menjadi pengantara utama gelombang itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun