Sering kali kita merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita usahakan selama ini. Menuntut diri untuk selalu sempurna dan dapat memenuhi ekspektasi orang lain menjadi sebuah tekanan untuk diri sendiri. Segala hal cara dilakukan namun tetap saja merasa diri masih kurang dan harus lebih dan lebih. Pencapaian selama ini seolah-olah selalu tidak menghasilkan apa yang diharapkan karna merasa diri sendiri kurang.
Lelah, gelisah dan overthingking menjadi makanan sehari-hari. Saat diri menuntut untuk sempurna, di sisi lain berkecamuk dengan fisik dan mental yang tercambik terombang ambing di atas batas wajar. Perasaan tak tenang di kala apa yang dilakukan tak dapat membuat orang lain bangga dan senang. Pikiran yang penuh dengan angan dan cita-cita namun hati tak diberi ruang untuk berdamai dengan keadaan.
Apakah kita sadar selama ini kita menuntut diri untuk selalu sempurna? Bukan kah kesempurnaan itu milik Allah. Lantas mengapa beraninya diri kita menuntut kesempurnaan? Jangan lancang, kita tak akan mampu.
Bukan tugas kita untuk membuat orang lain senang dengan diri kita. Rela memaksakan apapun yang padahal diripun rasanya tak sanggup menahannya hanya untuk diterima orang lain. Kita bukan hidup untuk manusia.
Cukup lah allah yang menjadi saksi atas segala perjuangan dan pengorbanan selama ini, kau tak perlu sempurna di mata manusia, dan tak akan bisa sempurna. Kejar ridha Allah SWT, lakukan segala usaha namun dengan secukupnya. Beri keadilan untuk diri sendiri untuk ia dapat bernafas dengan lega dan tenang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
