Mohon tunggu...
teteh ...
teteh ... Mohon Tunggu... sekretaris dogen ring Chatay Pasific....

yeeee...Taen juara iii lomba makan kerupuk ring sekolah, Taen man penghargaan ring magic chess go go dadi "community star"......taen juara harapan lomba baca puisi SMK ring Bali. Taen dadi juara iii lomba lari 100 meter Porseni ring Jatim...

Selanjutnya

Tutup

Diary

Diary

23 September 2025   02:20 Diperbarui: 23 September 2025   02:20 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary Jurnalis: Suara dari Lapangan
Kamis, 25 September 2025


Saya melanjutkan riset tentang UNRWA hari ini, tapi kali ini, saya ingin mendalami cerita di balik angka-angka. Saya berkesempatan berbicara dengan seorang relawan lokal UNRWA di sebuah kamp pengungsi di Lebanon---seorang pria paruh baya bernama Ahmed.
"Bagi kami," katanya melalui sambungan telepon yang kurang jelas, "UNRWA bukan sekadar organisasi. Ini adalah fondasi hidup kami. Saat saya masih kecil, saya belajar di sekolah UNRWA. Anak-anak saya juga. Sekarang, cucu saya." Suara Ahmed terdengar penuh kehangatan, tetapi juga diselingi rasa khawatir. "Kami takut. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi jika sekolah ditutup. Apa yang akan terjadi pada anak-anak kami? Pendidikan adalah satu-satunya harapan kami untuk masa depan yang lebih baik."
Percakapan ini benar-benar menghantam saya. Di balik berita tentang defisit anggaran dan keputusan politik, ada kisah seperti Ahmed. Ia adalah salah satu dari ribuan staf UNRWA, yang sebagian besar juga adalah pengungsi, yang bekerja setiap hari untuk melayani komunitas mereka sendiri. Mereka adalah jantung dari organisasi ini.
Saya juga mendapat data terbaru tentang krisis pangan. Laporan internal menyebutkan bahwa tanpa pendanaan yang memadai, program distribusi makanan---yang menopang ratusan ribu keluarga---akan terhenti dalam beberapa bulan. Saya mencoba membayangkan seorang ibu di kamp pengungsi di Gaza yang harus memberitahu anak-anaknya bahwa tidak ada lagi makanan yang bisa mereka andalkan.
Ini adalah sisi lain dari krisis yang sering terabaikan. Ini bukan hanya tentang angka-angka besar di laporan keuangan, tapi tentang dampak nyata di tingkat mikro, di setiap keluarga, dan di setiap individu. Saya merasa kewajiban saya sebagai jurnalis adalah untuk terus menyoroti hal ini. Tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga menceritakan kisah-kisah manusia di baliknya.

2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun