Mohon tunggu...
kangsamad
kangsamad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (Sebuah analisa mengenai paradigma pembangunan - Contoh kasus penyelamatan pekerja tambang di Chile)

24 Oktober 2010   17:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:08 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_301310" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi"][/caption] Terdapat banyak ukuran di dalam menilai suatu kemajuan pembangunan, entah itu GDP, GNP, Productivity Index, Technical/Technology Productivity Index, sampai kepada Human Development Index. Itu pun tidak cukup, ketika pertimbangan lingkungan hidup semakin mengemuka, maka muncul index penilaian lainnya yaitu seperti Green/Sustainable Development Index. Kemudian setelah muncul perlunya mengikutsertakan pertimbangan hak azasi manusia, maka muncul ukuran Human Right Index. Berbagi index ini merupakan alat ukur yang dikembangkan di dalam mengukur tingkat keberhasila suatu kerja pembangunan.

Index tersebut dapat menjadi acuan untuk menliai kekayaan sebuah bangsa, atau kemajuan di dalam berbagai segi pembangunan. Tetapi index tersebut tidak memberikan gambaran bagaimana usaha sebuah bangsa di dalam mencapai angka-angka tersebut.

Menilai output memang lebih gampang, tetapi menilai sebuah suprastruktur yang mendasari sebuah keberhasilanakan terasa sangat sulit, dan hal ini sangat ditentukan bagaimana cara pandang/ paradigma / worldview yang dianutnya.

Namun di dalam tulisan ini saya tidak sedang membahas berbagai macam varian untuk mengukur prestasi pembangunan suatu bangsa tersebut, justru saya sedang mengajak untuk memikirkan kembali keberhargaan sebuah kehidupan sebagai sebuah paradigma yang sangat berperan di dalam pembangunan sebagai suatu ukuran yang sah di dalam menilai suatu keberhasilan pembangunan.

***

Kutipan percakapan yang saya pakai di dalam judul tersebut muncul di dalam satu bagian Kotbah di Bukit di dalam Matius 6:24-33. Secara sederhana, bagian ini menyiratkan sebuah tantangan yang lebih bersifat rohaniah dibandingkan lahiriah, namun jikalau dikaji lebih dalam sebenarnya isi dari bagian ini memberikan implikasi terhadap apa yang terjadi di alam lahiriah.

Bagian pertama dari ayat ini merupakan sebuah tantangan untuk membandingkan, sejatinya siapakah yang saya sembah, yaitu “Allah” atau apakah yang saya sembah, yaitu “Mamon” (istilah yang sering dipakai Yesus untuk menggambarkan kekayaan).

Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Paradigma Allah – Betapa Berharganya Kehidupan

Paradigma Mamon

Dua hal yang tidak bisa disandingkan satu sama lain, karena pengikutan ke satu pihak, sebenarnya akan meniadakan pihak lainnya. Pengikutan kepada Allah memberikan implikasi yang berbeda dibandingkan pengikutan kepada Mamon.

JIkalau diturunkan di dalam beberapa kriteria dibawah ini, maka kita dapat mengelompokkan hal-hal beirkut ini :

Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

Paradigma Allah – Betapa Berharganya Kehidupan

Paradigma Mamon

Kehidupan/hidup itu berharga,

Tidak usah kuatir

Yang berharga adalah hal tentang makan, minum, pakai an.

Dan hal itu (makan, minum, pakaian dan segala turunannya) merupakan hal yang menyusahkan dan menghasilkan kekuatiran; segala sesuatunya selalu dilihat dari untung-rugi; efektifitas, efisiensi, produktivitas, dsb.

Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?

Paradigma Allah – Betapa Berharganya Kehidupan

Paradigma Mamon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun