Mohon tunggu...
Ferry Aldina
Ferry Aldina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Writerpreneur I Islamic Parenting Blogger

Praktisi Parenting Islam

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menjadi "Engineer" Kampung yang Inspiratif

19 November 2017   06:18 Diperbarui: 19 November 2017   07:29 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sewaktu Kuliah Industri (Dokumen Kang Ferry)

Aku dihadapkan dengan dua pilihan saat memasuki tingkat akhir SMA, yaitu kuliah atau langsung kerja. Mayoritas pemuda di kampungku rata-rata memilih untuk bekerja selepas menyelesaikan pendidikan SMA atau SMK. Ada yang langsung merantau ke ibu kota, pun juga ada yang membuka bengkel motor. Karena memang pemuda di gang rumahku kebanyakan lulusan SMK.

Entah kenapa aku tidak mau seperti mereka, yang langsung bekerja tanpa merasakan bangku kuliah. Aku mempunyai pemikiran berbeda dengan pemuda di kampungku. Terlebih lagi orangtuaku membebaskanku untuk menentukan pilihan sehingga aku bisa memutuskan masa depanku.

"GueBeda dari pemikiran. GueBeda dari jalan hidup. GueBeda dari mayoritas pemuda di kampungku."

Aku pun berani beda dengan mereka dengan mengambil jalan yang bisa dibilang baru bagi warga di kampungku.

Aku memutuskan kuliah dengan serba kecukupan. Meskipun cibiran datang dari mana-mana. Meskipun lontaran kalimat sinis terdengar sampai ke telinga orangtuaku. Tetapi aku harus berani mengambil resiko harus kuliah dengan biaya minim. Itulah salah satu yang menjadikan GueBeda.

Ketika pemuda di kampungku yang satu angkatan sudah mendapatkan gaji, aku masih terombang-ambing mengerjakan tugas kuliah. Di saat pemuda di kampung sudah bisa membeli motor, aku masih berjuang berjalan kaki meniti jalanan kampus dan laboratorium. Namun aku yakin dengan kuliah bisa mempunyai banyak pilihan hidup dan banyak peluang sukses.

Aku sekolah di salah satu perguruan teknik di Bandung. Aku memutuskan menjadi marbot masjid pada awal semester ketiga. Karena minimnya biaya dan juga kebanyakan orang ngekos atau ngontrak bareng untuk berbagi tugas atau belajar bareng. Tapi karena keadaan serba minim juga aku bisa lebih banyak mengambil hikmahnya. Sehingga bisa merasakan perjuangan yang ekstra dibanding teman-teman yang ngekos. Sehingga aku berani mengatakan GueBeda dalam berjuang di kehidupan kuliah masa itu.

Tahun berganti tahun. Tugas Akhir sudah selesai. Sidang Pengujian Tugas Akhir diakhiri dengan kata selamat. Dan wisuda pun selesai dilaksanakan. Alhamdulillah I am fresh graduate. I am ready to be young engineer.Dan bisa dikatakan aku adalah Engineer Pertama dari Kampungku. Sebuah kebanggan yang patut disyukuri karena kesempatan ini sangat langka dan mudah-mudahan bisa menginspirasi angkatan dibawahku. Pastinya dengan jalan-Nya, aku bisa sampai di garis finish dunia kuliah .

Semasa Menjadi Engineer Muda

Ternyata kehidupan pasca kuliah tidak semudah dibayangkan. Imajinasiku tentang kehidupan kerja adalah menikmati hasil jerih payah kuliah. Begadang tiap hari, report tiap hari, dan pengorbanan lainnya semasa di kampus. Namun aku temukan kehidupan dunia kerja ternyata membutuhkan pengorbanan dan perjuangan ekstra. Terutama menjadi seorang engineer muda.

Hal yang paling rutin selalu dilakukan adalah begadang yang profesional. Maksudnya? Ya kejar target, deadline laporan, dan control proses. Semuanya harus mengorbankan waktu tidur normal. Apalagi ketika harus kerja malam yang kadang harus benar-benar melek sampai pagi. Tanpa badan yang sehat dan stamina yang fit mungkin target-target bisa tidak tercapai. Sehingga ada cara preventif yang biasa aku lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun