Mohon tunggu...
Kang Barza -
Kang Barza - Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang yg nggak boleh ketinggalan berita dan gak bisa jauh dari internet

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Raya Idul Adha 1436 di Tempat Saya

27 September 2015   20:30 Diperbarui: 27 September 2015   20:55 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari Kamis 24 September 2015 yang bertepatan dengan 10 Zulhijjah 1436 H adalah hari libur nasional sehubungan dengan Hari Raya Idul Adha 1436 H. Perkantoran libur sehingga Jakarta pada hari Kamis tersebut lengang. Bahkan sampai hari Minggu. Jalanan cukup lancar pada hari-hari tersebut. Baiklah, saya tak akan bicara soal hari lancarnya jalanan di Jakarta, saya hanya ingin menuliskan pengalaman bagaimana suasana pemotongan hewan kurban di tempat saya tinggal selama ini.

Alhamdulillah, hewan kurban yang dipotong ditempat saya cukup banyak, ada 56 ekor kambing dan 6 ekor sapi. Suasana ramai hiruk pikuk saat pemotongan dilakukan. Banyak penonton, baik yang berkurban, calon penerima hak maupun masyarakat umum lainnya. Panitia sedemikian sibuk mengatur arus barang, maksudnya arus pemotongan, pengulitan, pencincangan, pembungkusan dan penyimpanan daging yang telah dibungkus untuk dibagikan kepada yang berhak. Seluruh daging yang telah dibungkus dimasukkan keruang pembagian, loket lah kurang lebih. Setiap pengambilan daging dilakukan melalui penukaran kupon yang telah dibagikan seluruhnya kepada calon penerima hak. Tentu saja jumlah kupon yang dibagikan telah dihitung sesuai dengan jumlah hewan kurban yang diperoleh. Ini untuk menjaga jangan sampai pembagian kupon jauh melebihi ketersediaan daging yang akan dibagikan sehingga diharapkan setiap pemilik kupon akan mendapatkan bagiannya.

Panitia dibentuk beberapa hari sebelumnya, dibagi menurut bagian yang saya sebutkan tadi. Bagian keamanan disewa dari luar memakai SATPAM (outsource) supaya SATPAM tidak ewuh pakewuh menolak fihak yang tidak memiliki identitas panitya seenaknya ikut mengatur atau bertidak seolah-olah anggota panitia, karena dia tak kenal. Sedangkan kalau pake SATPAM internal dikhawatirkan agak sungkan untuk menegur.

Panitia tidak hanya kaum laki-laki, kaum perempuan juga ikut terjun langsung, hanya saja panitia perempuan ini bertugas sebagaimana kodratnya : bagian penyediaan konsumsi. Mereka menyiapkan hidangan sejak urusan penyembelihan kurban dimulai. Untuk urusan aste kambing, gulai kambing dan lain-lain yang berurusan dengan kambing, kebetulan dalam pemotongan itu ada yang menyerahkan kambing untuk aqiqah, nah itulah yang dipotong duluan dan dimasak. Suasana sungguh ramai dan menggembirakan, semua anggota panitia bekerja dengan sukarela ditengah suasana yang sangat terik. Tak ada rasa terpaksa atau rasa sungkan, apalagi jamuan snak dan air jeruk dingin yang segar mengalir terus dari seksi konsumsi kaum perempuan. Becanda, saling ledek dan peringatan bagi yang telah usia untuk inget umur, jangan terlalu banyak makan kambing…
Pemotongan hewan kambing dilakukan disuatu tempat tertentu, kambing yang hendak dipotong ditarik satu demi satu ketempat tersebut. Tukang “jagal” kambing bergiliran, satu orang memotong untuk 10 atau 15 kambing. Melelahkan rupanya memotong kambing tersebut. Keringat deras disamping semburan darah yang menerpa tangan dan kakinya sudah membuat dia kadang ada yang kuyup celananya. Namun itu tadi, suasana terus berjalan dengan lancar walaupun terik matahari menyengat dengan panasnya. Setelah itu kambing digantung dengan kepala menghadap kebawah untuk dikulitin, diseset dan dipotong bagian-bagian besarnya seperti kepala, ekor, isi perut, paha “torpedo” dan lain-lain. Baru setelah itu dipotong kecil-kecil untuk dimasukan kedalam kantong plastic ukuran tertentu untuk dibagikan.

Lain halnya dengan pemotongan hewan sapi. Sapi dipotong dimana dia ditambatkan. Karena bentuk badannya yang besar maka seperti tak mungkin kalau dia digiring ketempat seperti khusus pemotongan kambing. Karena kejadian ini datangnya satu tahun sekali maka fihak masjid tidak membuat tempat khsusus untuk pemotongan sapi. Jadi sapi hanya ditambat dilapangan dengan posisi dekat pohon atau tiang yang kut. Disitulah sapi tersebut disembelih.

Tidak seperti kambing, menyembelih sapi perlu kekuatan penuh untuk mengerjakannya. Untuk merubuhkannya perlu beberapa orang (belum memakai teknik yang baru-baru ini saya terima videonya). Tahun lalu ada seorang bapak yang kena tending matanya sehingga kesudahannya dia tidak bisa ikut proses selanjutnya sampai selesai padahal dia ketendang sapi pagi-pagi. Sapi menendang matanya melalui kai kiri belakangnya. Setelah sapi roboh, barulah diikat sana-sini dan lehernya disiapkan untuk disembelih dengan pisau yang tajam.

Lain halnya dengan kambing, sapi dikulitin ditempat dimana dia tergeletak, jadi tidak digantung seperti kambing. Disamping bentuk badannya yang besar, beratnya juga menjadi masalah kalau harus digantung. Ternyata dengan digeletakan begitu urusan menguliti menjadi mudah, tinggal digilir-gilir sebentar saja selesai. Berikutnya adalah memotong bagian-bagian besar seperti kambing. Memotong kepala, ekor, paha, isi perut, kaki dan lain-lain.
Yang panitia jaga betul-betul adalah saat pemotongan daging sapi ini karena pada kebanyakannya dari tahun ketahun banyak kehilangan disini. Beberapa kilo “raib” disini, mungkin mereka memakai rumusan “barang boleh nyuri enak rasanya”.

Hal yang ingin saya ceritakan berikutnya adalah rasa iba, kasihan, sedih dan haru melihat ada seekor sapi yang masih muda dengan tanduk yang belum begitu mencuat mengeluarkan air mata dengan ingusnya yang terus ngucur. Saya sungguh merasa iba sekali melihatnya. Mungkin kalau bisa keluar suara akan terdengar sesenggukannya sambil terus mengucur airmatanya.
Saya datangin, saya usap-usap kepalanya sambil terus menerus bilang : “sabar ya sapi, in sha Allah kamu masuk syurga!” Saya ucapkan kalimat itu terus menerus sambil mengusap kepalanya. Yang saya lihat memang panitia tidak menempatkan tempat pemotongan terpisah dengan tempat penambatan. Dia melihat langsung didepannya ada 3 sapi yang dipotong, dikulitin dan seterusnya. Setiap ada sapi mau dipotong, dia maju untuk melihat………….

Saya mundur sejenak untuk pulang terlebih dahulu dan setelah beberapa saat saya pulang, saya balik lagi ketempat pemotongan dan sapi yang nangis tersebut telah dipotong dengan didahului sapi tersebut kabur duluan…..

Semoga hewan-hewan kurban tersebut bermanfaat bagi dirinya dan tentunya bagi manusia, apalagi bagi yang berkurban. Aamiin…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun