Mohon tunggu...
Robani
Robani Mohon Tunggu... PNS -

Guru pada MTsN 12 Kuningan Kec. Hantara, Kuningan Marketing Eksekutif PayTren pada PT. Veritra Sentosa International, Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Begini Cara Memuluskan Jalan Akhirat

10 Juni 2018   12:37 Diperbarui: 10 Juni 2018   12:46 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Seperti biasa, ketika menjelang Idul Fitri masyarakat desa punya tradisi berziarah ke makam para leluhur. Bukan untuk meminta-minta ke kuburan, tetapi untuk melakukan operasi bersih-bersih area pemakaman. Agak berbeda dari tahun sebelumnya, sekarang ini lebih istimewa. Karena jauh-jauh hari para perangkat desa sudah menginstruksikan kepada warga untuk kebersihan ini.

Pada momen taraweh keliling, pamong desa mengumumkan bahwa pada hari jumat akan diadakan kerja bakti bersih-bersih jalan menuju pemakaman umum. Dan itu sudah dilakukan tepat pada hari jumat yang lalu tanggal 8 Juni 2018. Saya sebenarnya sudah merencanakan untuk ambil berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Namun rencana tersebut tidak terlaksana. Dab baru hari ini tanggal 10 Juni saya berkesempatan menunaikannya.

Berdua dengan si bungsu kami menyapu, menyabuti rumput, memungut dedaunan dan mengelap nisan almarhum-almarhumah. Sebuah kegiatan yang jarang sekali kami lakukan kecuali menjelang Ramadhan dan mendekati Idul Fitri saja.

Padahal ini adalah tradisi positif yang harus dilestarikan dengan sebaik-baiknya. Mesti diwariskan pula kepada para generasi penerus supaya mereka tahu bahwa dengan berziarah kubur itu mereka belajar tentang sejarah dirinya. Siapa leluhur, nenek moyangnya. Dan hal ini sangat penting diketahui. Saya kira anda juga sepakat bahwa adanya kita saat ini tidak ujug-ujug jadi. Melainkan melalui proses silsilah dari orang tua kita. Dan orang tua dari orang tuanya lagi dan seterusnya.

Oh iya, meskipun mereka sudah berbeda alam namun ada hal yang masih saling berkaitan. Setidaknya dalam tiga perkara sebagaimana Sabda Rasulullah Saw, "Apabila meninggal anak adam maka terputus segala amalnya kecuali tiga perkara yaitu shodaqoh jariyah, anak sholeh, dan ilmu yang bermanfaat.

Dalam Shodaqoh jariyah, sebaiknya kita berhusnudzon bahwa orang tua kita semasa hidup adalah orang-orang yang ahli sedekah. Mungkin mereka tidak dikenal sebagai orang kaya dermawan ketika semasa hidupnya, tapi Allah Maha Tahu bisa saja mereka sering sedekah secara sirr.

Tentang ilmu yang bermanfaat, maka ilmu di sini tidak sebatas ilmu agama. Walaupun orang tua/leluhur kita bukanlah orang yang ahli dalam bidang agama, siapa tahu banyak keterampilan, ilmu, dan wawasan umum yang ditularkan kepada masyarakat. Termasuk kepada anak keturunannya kita seperti nasehat-nasehat bijak yang menyejukkan, dan kemudian diamalkan oleh orang-orang yang masih hidup. Itu pun bisa menjadi ladang pahala yang mengalir yaitu ilmu yang bermanfaat.

Selanjutnya poin yang ketiga, anak yang sholeh. Ini merupakan PR kita semua yang masih hidup. Bisakah kita menjadi anak soleh yang menjadi jalan mengalirnya pahala kenikmatan dalam kubur para leluhur kita?

Ini yang harus kita usahakan bagaimana kita menjadi termasuk golongan anak-anak yang sholeh solehah dalam pandangan Allah dan di mata manusia sehingga orang tua kita yang sudah berbeda alam pun mendapatkan kebaikan dari kesolehan kita yang masih hidup di alam dunia ini.

Jadi sangat banyak sekali hikmah kita berziarah kubur. Disamping kita mengenal sejarah mulai dari yang terkecil yakni sejarah keluarga kita sendiri. Kita mendoakan mereka sekaligus merenungkan bahwa betapa pun mereka dulunya gagah, kaya raya, berkuasa, cantik rupawan toh akhirnya jadi penghuni rumah terakhir seperti ini. Apalagi kita yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka.

Maka dengan berziarah kubur kita diingatkan oleh kematian. Karena kematian ini nasihat bagi kita. Sebagaimana kita diajarkan bahwa ada dua nasihat penting. Pertama nasihat yang pandai berbicara, yaitu Al-Qur'an yang kita baca, telaah, dan hayati maknanya melalui bimbingan para ulama. Kemudian kita berupaya untuk mengamalkannya.

Kedua nasihat yang tidak pandai bicara. Itulah kematian. Diam tapi dahsyat menggubah kesadaran.  Mati itu sifatnya rahasia. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan waktunya, dimana tempatnya, dan bagaimana keadaannya dirinya dijemput oleh malaikat maut. Karena kematian itu sifatnya misterius dan pasti terjadi kepada setiap manusia segala usia, maka persiapan matang hendaknya dilakukan setiap saat.

Bagaimana caranya? Yaitu dengan cara menjadikan setiap amal perbuatan yang kita perbuat baik itu ucapan, perbuatan, sikap dan i'tikad kita untuk lillahi ta'ala, beribadah karena Allah semata. Dan dalam setiap perjalanan pun senantiasa hati kita itu terikat dengan mengingat Allah.

Mati adalah sesuatu yang pasti. Tidak harus ditakuti, tetapi tidak juga harus sok berani mati. Sikap yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menghadapi sesuatu yang pasti seperti ini.

Karena banyak hikmah dari merenungi kematian. Maka melestarikan tradisi ziarah kubur adalah keniscayaan. Perkara ada masalah dalam prakteknya itu tugas kita untuk memperbaikinya. Dan keguyuban masyarakat dalam memuluskan jalan ke pemakaman merupakan upaya positif yang perlu dirutinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun