Mohon tunggu...
Nur Azis
Nur Azis Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sepanjang waktu

Bercerita dalam ruang imajinasi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seorang Wanita Penghibur

18 Desember 2018   20:52 Diperbarui: 18 Desember 2018   21:26 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini aku ada janji dengan Parto. Pergi ke pasar, ingin membeli celana kolor yang sudah ia idam-idamkan tiga bulan yang lalu. Sejak itu, dia terus menabung. Tentu tanpa sepengetahuan istrinya. Dia sudah trauma dengan kelakuan istrinya.

Dulu, waktu Parto ngebet banget ingin membeli handphone, dia menabung, dengan cara menyisihkan sebagian dari uang rokoknya. Seribu dua ribu dia simpan, di almari yang menurutnya sudah aman dari jangkauan istrinya. Eh tak tahunya, setelah hampir setahun dia kumpulkan, bukannya uang itu bertambah banyak, malah dilibas habis istrinya. Parto tak berani melawan.

Tentu itu menjadi pengalaman berharganya, yang tak mungkin dia lupakan sekaligus sebagai pembelajaran agar lain kali kalau menyimpan uang harus lebih berhati-hati.

Parto tidak memiliki sepeda motor. Karenanya jika mau pergi, dia selalu mengajakku. Kebetulan aku tidak begitu banyak acara, secara aku masih lajang, dan motorku, selalu siap mengantarnya kemana saja. Yang penting tangki motorku diisi bensin pertalite satu liter. Itu pintaku padanya.

Katanya, aku adalah temannya yang paling baik. Ya, mentang-mentang dia selalu minta bantuanku makanya dia bilang begitu. Coba misalkan hari ini aku tidak mau mengantarnya, dia pasti akan cerita pada yang lain bahwa aku adalah manusia paling pelit.

Ya, manusiawi. Sama halnya dengan kita semua. Saat ada maunya saja kita akan menyanjungnya setinggi langit, giliran kita tak membutuhkannya, apa coba yang kita lakukan, masa bodoh.

Bahkan, tak jarang kita begitu asyiknya membicarakan salah seorang teman, saat kita sedang berkumpul dengaan teman-teman yang lainnya. Tidakkah kau berfikir, ketika kau meninggalkan teman-temanmu itu, belum hilang jejak kakimu, mulut mereka akan riuh membicarakan semua keburukanmu.

Bukannya aku berpikiran buruk, tapi itulah yang sering kulakukan. Saat berkumpul dengan teman-teman, kami dengan penuh tawa selalu membicarakan tentang Parto. Seorang suami yang selalu dianiaya oleh istrinya. Demikian, waktu Parto datang, seketika kami membicarakan Badrun, atau mungkin Jambrong.

Jam dinding di rumahku sudah menunjuk jam sebelas siang, segera ku geber sepeda motorku. Honda Supra keluaran tahun 2000. Dulu, kendaraan itu sempat merajai. Hingga banyak motor-motor dari China yang memiliki merek hampir-hampir sama dengan Supra. Seperti dulu ada merek Sutra, Sukra, dan lainnya.

Meski motor ini sudah hampir delapan belas tahun silam, soal tarikannya jangan tanya. Ibarat perempuan, motor ini seperti istrinya Parto kalau sedang menganiayanya. Sangat kuat dan sulit untuk dikendalikan. Badannya yang sebesar karung beras, tak jarang dia gunakan untuk menindih Parto yang sangat kurus badannya. Hingga Parto tak bisa bernafas dan melambaikan tangannya, baru istrinya itu melepaskannya.

Sampai di rumah Parto, dia langsing keluar menemuiku. Dia tak mau istrinya tahu. Nanti bisa-bisa menahannya untuk pergi denganku. "Ayo bro langsung kemon" katanya penuh semangat. Sambil membonceng dibelakangku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun