Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Wiranto Bukan Bang Toyib

13 April 2014   21:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:43 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pak Wir pun kemudian mendapat kawan berduet, yakni Kyai Solahuddin Wahid, adik kandung Kyai Gus Dur, almarhum. Lawan Pak Wir kala itu, adalah Pak SBY yang berduet dengan Pak Jusuf Kalla. Pak SBY adalah mantan anak buah Pak Wir, kala masih aktif di TNI. Sementara Pak Jusuf Kalla atau Pak JK, adalah mantan peserta konvensi Golkar, yang kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Pak SBY. Pak JK jadi cawapresnya Pak SBY.

Pesaing lain dari Pak Wir dan Kyai Solahuddin, adalah duet Ibu Megawati Soekarnoputri dan Kyai Hasyim Muzadi. Lainnya adalah pasangan Pak Amien-Pak Siswono Yudhohusodo serta pasangan Pak Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Tapi di "lebaran politik 2004" itu, Pak Wir gagal. Duet Pak Wir-Kyai Solahuddin, raupan suaranya tak signifikan, hanya bertengger di posisi tiga. Posisi dua, duet Ibu Mega-Kyai Hasyim. Sementara posisi pertama, adalah duet Pak SBY- Pak JK. Sedangkan Pak Amien-Pak Siwono dan Pak Hamzah-Pak Agum, menempati posisi empat dan lima. Karena ada di posisi tiga, Pak Wir dan Kyai Solahuddin, gagal masuk putaran dua. Dan, pasangan yang masuk putaran dua, adalah Ibu Mega-Kyai Hasyim dan Pak SBY-Pak JK.

"Lebaran politik" pun milik Pak SBY-Pak JK, setelah diputaran dua, pasangan tersebut berhasil menjadi peraih suara terbanyak mengalahkan Ibu Mega-Kyai Hasyim. Sementara Pak Wir, kemudian hanya menjadi mantan capres beringin.

Usai gagal di beringin, Pak Wir memutuskan mendirikan partai sendiri. Lalu lahirlah Partai Hanura. Partai ini, memang disiapkan agar Pak Wir bisa kembali mengikuti "lebaran politik 2009". Tapi, dalam pemilu legislatif, raihan suara tak terlalu menggembirakan. Dulangan suaranya, hanya ada dikisaran 4-5 persenan. Langkah Pak Wir untuk bisa ikut "lebaran politik calon presiden 2009" kian berat.

Ternyata benar. Pak Wir sulit menjadi capres. Posisi yang tersedia dan paling mungkin digenggam Pak Wir, adalah capres. Setelah, bernego, berkomunikasi dengan semua partai, Pak Wir memilih untuk menerima pinangan Pak JK, yang kala itu maju sebagai capres beringin. Jadilah Pak Wir, sebagai cawapresnya Pak JK.


Lawannya masih pesaing yang lama. Pak SBY kembali maju dengan status petahana. Kali ini, ia berpasangan dengan Pak Boediono. Ibu Mega juga memutuskan kembali maju gelanggang. Namun tak lagi menggandengan Kyai Hasyim, namun merangkul Pak Prabowo. Sementara Pak Wir, mantap maju dengan Pak JK.

"Lebaran politik calon presiden 2009" pun diikuti oleh tiga pasangan calon sebagai kontestannya. Pertama Pak SBY-Pak Boed. Kedua Ibu Mega-Pak Prabowo. Lalu Pak JK dengan Pak Wir. Tapi lagi-lagi, Pilpres 2009, bukanlah "lebaran" bagi Pak Wir. Ia gagal bersama Pak JK. Bahkan dulangan suaranya, paling sedikit diantara pasangan Pak SBY-Pak Boed dan Ibu Mega- Pak Prabowo.

Dua kali lebaran politik, Pak Wir gagal sudah. Kini di lebaran politik 2014, Pak Wir kembali meretas asa. Bukan dengan Pak JK, tapi dengan Pak Hary Tanoesoedibjo, konglomerat pemilik sejumlah media di Indonesia. Duet Pak Wir dan Pak Tanoe pun dideklarasikan pada 2 Juli 2013, dengan nama Win-HT. Serangan udara pun jadi pilihan utama mengenalkan duet Win-HT. Iklan, kuis, reality show, sinetron serta tebaran spanduk dan baliho, gencar membombardir ruang publik. Semua demi agar Pak Wir dan Pak Tanoe bisa ikut "lebaran capres 2014".

Tapi, sepertinya Pak Wir akan kembali gagal. Bahkan kali ini, Pak Wir bisa saja gagal sebelum "lebaran capres" tiba. Sebab menurut hasil hitung cepat yang dilansir beberapa lembaga survei atas hasil perhitungan suara pemilihan legislatif, raihan suara Partai Hanura, bisa dikatakan jeblok alias tak sesuai harapan. Partai Hanura, hanya mampu meraup 5 persenan suara, masih jauh bila ingin mengejar syarat maju ke gelanggang Pilpres, yakni 25 persen suara sah nasional dan 20 persen kursi di DPR. Jadi, Pak Wir bersama Pak Tanoe, harus mencari 20 persenan suara lagi bila ingin ikut "lebaran para capres". Sepertinnya sangat berat. Mungkin, seperti Bang Toyib yang tiga kali lebaran tak pulang-pulang, Pak Wir juga tiga kali ikut "lebaran capres" selalu gagal. Namun sekali lagi, Pak Wir bukanlah Bang Toyib.

Sawangan, 13 April 2014, pukul 14:00 WIB,

@rakeyanpalasara


agusupriyatna@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun