Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hasrat Status Sosial dalam Keranjang Belanja Barang Mewah

12 Desember 2020   08:41 Diperbarui: 12 Desember 2020   19:42 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang berbelanja barang mewah (freestocks/Unsplash)

Beberapa dari kita mungkin ada yang seringkali penasaran mengenai gaya hidup yang dilakukan oleh sebagian orang yang seringkali kita anggap terlalu mewah. Dalam kesehariannya, kita seringkali mendapati mereka mengonsumsi barang-barang yang lux.

Diantara contoh sederhana pola konsumsi barang mewah tersebut adalah membeli barang lux dari merek terkenal, seringkali makan di restoran mewah, beberapa kali menginap di hotel bintang lima, dan lain sebagainya.

Berangkat dari rasa penasaran dan keingintahuan kita mengenai penyebab terjadinya kebiasaan hidup yang mungkin terkesan hedon itu, pada tulisan saya kali ini, saya ingin menceritakan secara singkat sebuah penelitian yang mengkaji tentang beberapa faktor yang menjadi alasan bagi seseorang untuk mengonsumsi barang mewah tersebut.

Dalam sebuah penelitian yang berjudul The Price of Social Status Desire and Public Self-Unconsciousness in Luxury Consumption, kiranya akan sedikit memberi gambaran mengenai alasan atas terjadinya perilaku tersebut.

Penelitian yang telah disusun oleh George Balabanis dan Anastasia Stathopoulou ini bertujuan untuk menguji seberapa besar keinginan publik untuk mengonsumsi sejumlah barang mewah demi memenuhi keinginan meningkatkan status sosial mereka serta menghilangkan rasa malu mereka dengan menggunakan barang yang telah diketahui nilainya oleh komunitas dimana mereka tinggal. 

Sehingga, dalam artikel tersebut, kedua peneliti itu hendak mencoba mengaitkan beberapa variabel yang kemungkinan akan berkorelasi satu sama lain sebagai faktor penyebab terjadinya pola konsumsi atas barang mewah tersebut. Diantara variabel yang mereka gunakan adalah kesadaran konsumen terhadap harga, nilai pendapatan konsumen, keterikatan mereka pada produk mewah, dan sejauh mana konsumen mempersepsikan harga sebagai ukuran kemewahan atas suatu produk.

Variabel-variabel tersebut merupakan diantara dugaan awal yang dirumuskan oleh peneliti yang kemungkinan akan berkorelasi terhadap keputusan seorang konsumen dalam berbelanja barang mewah.

Adapun data yang digunakan dalam penelitian tersebut diambil dari para konsumen di US yang telah mengonsumsi sembilan kategori produk mewah. Setelah data terkumpul seluruhnya, maka akan diuji dengan menggunakan model persamaan struktural yang termoderasi.

Hasil penelitian tersebut telah menunjukkan bahwa faktor pengakuan atas status sosial, kesadaran konsumen terhadap harga, dan persepsi konsumen atas harga barang yang mahal adalah bentuk dari kemewahan, telah menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan mereka atas barang mewah yang mereka konsumsi.

Akan tetapi, sejak merebaknya pandemi saat ini, pola konsumsi atas barang mewah tersebut rata-rata telah mengalami pergeseran. Hal ini disebabkan oleh timbulnya kesadaran para konsumen mengenai perihal lain yang lebih berharga dan mereka prioritaskan ketimbang sekadar mengejar ambisi status sosial itu, yakni kesehatan fisik dan stabilitas finansial mereka. (*)

Referensi: [1]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun