Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Sambil Menikmati Tayangan Televisi

8 Oktober 2020   10:30 Diperbarui: 8 Oktober 2020   15:49 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Unsplash

Sejak hadirnya dinasti YouTube yang kian merajai media tontonan, saya sempat menduga bahwa menonton televisi takkan menjadi hal yang mengasyikkan lagi. 

Alasannya, di samping suguhannya yang dinilai oleh banyak khalayak kurang kreatif, hal ini kian diperparah dengan bejibunnya iklan yang muncul dari setiap acaranya yang ditayangkan. 

Iklan itu seringkali muncul baik secara bergantian setiap sekian menit dari acara inti, maupun yang dipaksakan seolah-olah masuk dalam cerita. 

Akan tetapi, seiring bergantinya waktu, saya sedikit berubah haluan mengenai cara pandang saya terhadap televisi yang demikian ini. Terlepas dari bagaimanapun estetika media televisi dari caranya bungkus-membungkus iklan itu, tetap saja upaya mereka ini patut diapresiasi. 

Sehingga setelah beberapa lama saya menjalani kondisi yang demikian, saya pun menjadi kebal dengan apa yang biasa disebut oleh sebagian besar orang dengan sesi yang membuang-buang waktu itu. 

Biasanya, begitu adegan dalam televisi mulai saya anggap kurang menarik, maka saya pun akan meraih gawai saya. Kemudian menuliskan beberapa hal yang mungkin tengah mengendap dalam pikiran maupun yang ber-seliweran di luar kepala. 

Menikmati sepotong kisah di televisi

Beberapa kali, saya merasa sangat senang ketika mendapati sepotong kisah menarik dari film yang saya tonton di televisi. Meski hanya sebuah potongan plot, tidak utuh, bagi saya tetap saja, itu merupakan sebuah karya yang layak untuk dinikmati. 

Sebagai gambarannya, beberapa kisah dalam film yang biasa saya tonton di televisi, ada yang menyuguhkan adegan yang seakan klimaks pada awal tayangan. Seorang yang lari terbirit-birit dikejar oleh banyak orang, aksi laga yang seru, langkah penyelamatan yang mendebarkan, tangis haru-biru yang mengaduk perasaan dan seterusnya. Seakan tayangan itu ingin memikat penontonnya sedari awal cerita dengan potongan kisah yang mengejutkan. 

Jika saya melihat polanya, biasanya alurnya adalah serius, mengendur, stress, relaksasi, dan seterusnya dengan kreativitas bumbu cerita dari sang sutradaranya. 

Dan setelah saya membandingkan dengan beberapa pengalaman saya yang akhir-akhir ini menyusun tulisan di hadapannya, setiap plot atau potongan kisah tersebut tetaplah menarik untuk disimak, meski saya belum tentu mampu untuk merampungkan seluruh ceritanya. 

Terkadang, sepotong kisah dalam film itu akan mampu menginspirasi saya untuk mencipta kisah-kisah lainnya dalam tulisan. Saya kira inilah kesempatan bagi saya untuk mengembangkan imaji maupun gagasan saat menghadapi film yang tak pernah tuntas saya tonton itu. Saya menikmati kisahnya dan menebak akhir ceritanya sesuai dengan angan-angan saya. 

Dengan demikian, meski saya mendapat separuh bagian saja dari kisah yang tak tuntas saya saksikan itu, saya pun tetap mensyukurinya. Sebab, meski porsinya hanya sekelumit, tidak jarang ia laksana sebuah potongan kue inspirasi yang mampu membangkitkan ide-ide sedap lainnya untuk menyelesaikan beberapa tulisan.

Atau, jika tidak sampai sedemikian, setidaknya ia telah menemani saya untuk merampungkan tulisan, meski terkadang saya menyimaknya dan tidak jarang mengabaikannya. Sekadar mendengar suaranya saja saya seakan ditemani olehnya, seperti halnya ketika saya mendengar pesan-pesan atau hiburan melalui radio. 

Dengan kebiasaan saya yang seperti ini, saya menjadi teringat dengan salah satu tulisan AS Laksana tentang salah satu kebiasaan beliau dalam menulis, yakni menulis sambil menikmati televisi. 

Tanpa bermaksud sedikitpun untuk membandingkan kemampuan menulis saya yang sangat tidak sebanding dengan beliau, setidaknya saya bisa sedikit berlega hati sebab memiliki kemiripan pola dengan gaya menulis seorang yang sangat mumpuni itu.  

Jika beberapa orang mungkin membutuhkan ruang dan waktu khusus untuk merampungkan tulisan, terkadang saya memiliki pola yang sebaliknya. Saya terkadang melakukannya sambil berbaring di depan televisi, menemani anak saya menjelang tidur, atau di teras rumah guru ngajinya dengan lalu lintas kendaraan yang cukup padat. Sembari menunggu anak saya selesai mengaji sorogan Al-Qur'an pada gurunya itu, saya biasanya menyusun tulisan. 

Bukan bermaksud sedikit pun untuk menyombongkan keahlian atau produktivitas saya yang tak seberapa ini, saya hanya ingin sekadar berbagi cerita bahwa inilah yang mungkin telah menjadi pola sebagian penulis saat merampungkan beberapa tulisannya, yakni menulis dalam situasi yang berubah-ubah. Terkadang di keramaian, sesekali di keheningan, atau sebaliknya. 

Saat menulis, diantara mereka mungkin ada yang harus mencoret-coret terlebih dahulu pada lembaran kertas yang sedang dibawanya. Langsung menuangkannya pada papan gawai. Atau mungkin cukup mengendapkannya dalam ingatan. 

Mana saja cara yang mereka pilih dari berbagai pola itu, bebas-bebas saja, karena memang tidak ada ikatan khusus mengenai hal ini. Kecuali, mungkin, beberapa pertimbangan dari aspek kesehatan, cara menjaga mood, dan yang tak kalah penting adalah perihal produktivitas mereka dalam menorehkan sejumlah tulisan dengan tetap menjaga mutu penyajiannya. 

Gambaran inilah yang kiranya menjadi alasan bagi saya secara pribadi mengapa menulis sambil sesekali menyimak acara di televisi terkadang masih menghadirkan keasyikan tersendiri.

Apakah hal demikian juga terjadi pada diri Anda? [mam]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun