Kemudian, jika ada orang yang menganggap nriman sebagai dalih baginya untuk bermalas-malasan dalam bekerja karena menganggap rezeki sudah ada yang mengatur, jelas ini juga tidak pas.
Sebab dengan tidak giat dalam bekerja, maka ini sama saja dengan ia menghamburkan waktu sekaligus potensi yang Tuhan berikan pada dirinya. Bukankah ia menyadari bahwa menghambur-hamburkan sesuatu adalah diantara perkara yang tidak disukai oleh Tuhan?
Nah, dengan demikian, sudah saatnya bagi siapa saja yang menganggap nriman ini sebagai alasan untuk bersikap malas dalam bekerja, untuk memperbaiki cara pandang itu agar ia tidak salah paham dengan pengertian sikap yang luhur ini sehingga mereka akan mendayakan segala potensi yang mereka miliki untuk segala hal yang diridhai oleh Tuhan.
Sementara itu, bagi mereka yang telah sungguh-sungguh bekerja namun hasilnya dianggap tidaklah seberapa. Hal itu tidaklah mengapa. Tetap disyukuri saja.Â
Sebab dengan terus bersyukur ini Tuhan pun akan menghadirkan dan menambah kenikmatan-kenikmatan lainnya dari jalan yang tak disangka-sangka, seperti timbulnya ketenangan dalam hati saat mereka menjalani kehidupan.
Dengan demikian, kesadaran kita atas segala kenikmatan dan kebahagiaan yang bersumber dari Tuhan inilah sejatinya kemewahan hidup yang takkan ternilai harganya.
Maka dari itu, tidaklah mengherankan jika kemudian muncul sebuah pepatah yang luhur dari Arab:
'Isy qaani'an takun maalikan. Hiduplah kalian secara qana'ah atau nriman, niscaya kalian akan menikmati kehidupan layaknya seperti seorang raja. [mam]