Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

6 Hari Perjalanan Darat Demi Sisa Rupiah (Bagian Keempat-Tamat)

20 November 2017   08:18 Diperbarui: 20 November 2017   08:36 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisa hsebelumnya di sini

Setelah cukup lelah perjalanan 5 hari dari Kupang sampai Denpasar, saya melanjutkan perjalanan menuju Pulau Jawa malam itu juga. Sekitar Kabupaten Badung saya baru melihat Bali di siang hari. Memang cukup indah, ornamen pada gapura bangunan di pinggir jalan tampak sangat menonjol.

Setelah menyeberang ferry Gilimanuk-Ketapang dan naik bis ke Surabaya, akhirnya saya sampai di Stasiun Gubeng sore-sore sekitar setengah jam sebelum kereta ke Bandung berangkat.  Bergegas saya ke loket dan Alhamdulillah masih dapat berangkat meski status tanpa tempat duduk. Aneh juga sebenarnya, ambil kelas bisnis tapi tak dapat tempat duduk. Tapi itu masih lebih baik daripada harus nunggu besok lagi.

Rasanya sudah hampir sampai sehingga saya bisa sedikit bersantai dengan minum kopi di caf dalam stasiun. Tapi alamaaak...... ternyata segelas kopi dan sepotong roti caf itu ternyata lebih malah daripada ongkos bis dari Banyuwangi ke stasiun tersebut, perasaan sedikit bersalah karena tujuan utama melakukan perjalanan itu adalah untuk berhemat.

Sadar dengan status penumpang tanpa tempat duduk, saya mengambil tempat di ujung yang agak longgar. Saya langsung mengamankan 3 buah bantal yang tersedia di bagasi atas untuk langsung selonjoran. Karena mungkin badan sudah lelah, akhirnya saya tertidur lelap sampai dinihari sekitar 2 jam sebelum sampai di Stasiun Bandung.

Sesampai di Bandung, saya serasa habis reinkarnasi yang hidup kembali. Saya kembali menikmati Kota Bandung, tempat dimana saya  terakhir menuntut ilmu dan menjalani delapan bulan terakhir  kebersamaan saya dengan istri sebelum menerima pekerjaan di Kupang. Namun saya juga tidak berlama-lama di situ karena kini saya bisa kapan saja mengunjungi kota ini. Saya langsung bertolak ke Sukabumi.

Di bis saya membeli koran untuk sekedar melupakan keinginan saya untuk cepat sampai di rumah. O'ow ternyata saat itu merupakan masa-masa yang sulit bagi dunia usaha. Banyak usaha yang  gulung  tikar, apalagi  bidang  konsultan teknik dimana saya masih menyimpan harapan bekerja lagi di bidang itu karena saya punya pengalaman 3 tahun di pekerjaan tersebut.

Pening deh rasanya kalau mengaitkan dengan kehamilan istri saya yang sudah masuk delapan bulan.

Sambil jalan saya mengevaluasi lagi usaha saya dan hasilnya. Alhamdulillah selama perjalanan 6 hari itu saya hanya menghabiskan uang tak sampai 200 ribu berikut makan. Saya bisa menghemat lebih 750 ribu karena kalau menggunakan pesawat dihitung-hitung  totalnya  bisa  mencapai 950 ribu. Hilanglah semua rasa capek karena ada 750 ribu uang sisa ongos yang dapat dipersembahkan buat istri tercinta.

Saya tak kuat menahan air mata ketika menceritakan hal tersebut pada istri. Tiga kali bercerita tiga kali juga saya menangis. Berat badan sayapun ternyata berkurang lebih dari 15 kg dari sebelum berangkat. Tapi untungnya istri saya memotivasi saya dengan baik. 

Dia meminta saya beristirahat dulu beberapa hari untuk selanjutnya memikirkan kembali bagaimana menghadapi kehidupan selanjutnya. Sesungguhnya ini juga musibah yang sama sekali tidak diperhitungkan.  Mereview ke kejadian sebelumnya,  ketika kami memutuskan untuk mengambil pekerjaan manajer di sebuah  supermarket  di  Kupang  dan meninggalkan istri di Jawa dengan durasi kontrak 2 tahun, saya menghitung kalau setelah habis kontrak  kami bisa membeli rumah dan mungkin juga mobil. Tapi nasib berkata lain, ternyata banyak hal yang kurang sreg dalam pekerjaan. Salah satu dan yang paling utama adalah harus mengurangi timbangan untuk penjualan sembako. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun