Mohon tunggu...
KANA KURNIAWAN
KANA KURNIAWAN Mohon Tunggu... Penulis - Ketua Umum PP Pemuda PUI, Direktur Mataram Institut

menulis adalah berbagi sekaligus mencerahkan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bersama Melawan Rasisme

16 Maret 2021   14:05 Diperbarui: 16 Maret 2021   14:52 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi bangsa Indonesia, selain kekayaan alam, keragaman adalah anugerah terbesar dari Allah SWT. Berbeda agama, ras, suku, budaya dan bahasa menjadikan Indonesia kuat. Persatuan dari latar belakang yang berbeda memunculkan semangat nasionalisme yang melebihi kepentingan pribadi maupun golongan. Runtuhnya kekuatan kolonial penjajah disebabkan Indonesia mempunyai kekuatan persatuan yang mampu menandingi senjata. Tidak satupun golongan merasa paling berperan dalam menghantarkan kemerdekaan.

 Merdeka tidak saja dimaknai terbebas dari penjajahan. Lepasnya kolonialisme: diskriminasi, genosida rasisme, segregasi, merampas hak orang dan melakukan kekerasan. Menyadari keragaman sebagai kekuatan dan berpotensi memecah bangsa, karenanya harus dijaga. Para pendiri bangsa merumuskan dasar negara dari semangat multikultural. Termasuk mengalahnya golongan Islamis yang merelakan dihapusnya tujuh kata dari Piagam Jakarta, lalu lahirlah Pancasila dan UUD 1945.

Rasisme sebagai benalu kebangsaan

Wujud rasisme bisa dalam berbagai bentuk. Dari ucapan verbal, tulisan dan kekerasan fisik. Ada yang berpura-pura nasionalis, pura-pura pancasilais bahkan berlindung di balik simbol agama. Kemerdekaan bersuara atau berserikat sering dijadikan sering menjadi pemicu fanatisme buta yang beranggapan kelompoknya paling benar, yang lain tidak. Yang tidak sejalan nomor kedua, golongannya paling utama.    

Sebagai "virus", rasisme mendatangkan banyak kerusakan. Virus itu jadi kanker yang membahayakan kelangsungan kehidupan dalam keragaman. Misalnya menghina bentuk fisik, ras dan suku yang bisa memercik luapan konflik sosial. Orang terpancing emosi dan lainnya terprovokasi jadi bara gejolak masa. Karenanya, rasisme menjadi benalu kebangsaan, penyakit kemanusiaan, virus penggerogot pilar-pilar negara dan merendahkan kehormatan manusia.

Rasisme selalu menyelinap di tempat yang aman. Bisa dalam kekuatan politik, superioritas golongan, dan masyarakat mayoritas. Selain itu, rasisme menjadi senjata untuk menyerang kelompok yang bersebrangan. Pola seperti ini biasanya dilakukan, tidak saja dilakukan masyarakat tidak terdidik, kaum terpelajar pun bisa jadi pelakunya dan karenanya ia akan lebih mengedepankan sisi emosional daripada argumen-argumen ilmiah. Jika tidak dihentikan, rasisme akan jadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Nilai-nilai kebangsaan akan rontok, dan butuh waktu lama menyembuhkan lukanya.

Bayang-bayang bahaya rasisme

Sebagai benalu, tidak saja ditegakkannya hukum, rasisme harus dihadang berbagai kalangan. Dalam konteks Indonesia termasuk dunia saat ini, rasisme seringkali muncul tiba-tiba di media sosial. Karikatur yang mudah dibuat dalam berbagai aplikasi, memudahkan orang mengunggahnya. Paling berbahayanya, jika akun tersebut banyak pengikutnya lalu ditransmisikan akan menjadi bahan perbincangan publik dan dipastikan sampai ke kelompok yang dituju.

Sekali lagi, bila terus dibiarkan rasisme beranak pinak tanpa dicegah, bisa merontokkan bangunan empat pilar kebangsaan kita. Sakralitas Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika sebagai penyangga keberagaman akan hilang. Satu kelompok dengan kelompok lainnya tidak lain saling menghormati. Kekuatan kita saling mendukung dan bersatu akan sulit diwujudkan. Ingat, berbagai gejolak sosial di Indonesia disebabkan banyaknya berita bohong (hoaks) dan rasisme yang tidak terkendali.

Sebagai bangsa yang ber-Bhineka Tungga Ika, rasisme adalah ancaman serius yang nyata. Wujud fisik yang berbeda, suku, ras serta bahasa bukan jadi bahan hinaan, tetapi jadi sumber kekuatan mewujudkan kemajuan bangsa. Kita sudah hampir lelah menghadapi Covid-19, ribuan orang wafat dari jumlah 1.183.555 kasus. Belum lagi bencana di berbagai daerah di Indonesia yang menelan banyak korban. Kita butuh ketahanan persatuan tanpa disertasi virus rasisme. Ujaran-ujaran rasisme harus dilumpuhkan agar tidak menjadi benalu yang merembet ke semua sendi kehidupan bangsa ini.

Dalam ikut serta membangun bangsa ini, tidak dengan merendahkan satu dengan yang lainnya. Kita semua dari berbagai elemen bangsa, organisasi kemasyarakatan, tokoh agama, cendekiawan, dan pemangku kebijakan. Tanpa terkecuali para selebgram, influencer, dan youtuber harus bersama-sama melawan rasisme sebagai kejahatan yang membahayakan masa depan keragaman bangsa yang kita cintai. Mari kuatkan persatuan bangsa untuk kejayaan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun