Dan beberapa pertanyaan lain. Yang juga dijawab tanpa beban seolah semua itu adalah nikmat yang menyenangkan.
"Berlalu waktu malam, kau tak 'dibangunkan', sementara yang lain tergugah hatinya untuk bangun dan meminta kepada Tuhan. Apakah itu bukan kau anggap hukuman? Seolah-olah kau tak diijinkan untuk berdoa." Kata sang Guru.
Si murid tertegun tak menyadari.
"Kau dibuat betah berjam-jam didepan ponsel, sementara tak sedikitpun terpikirkan untuk membaca Alquran atau berdzikir, apakah itu bukan hukuman? Bahkan orang yang rajin beribadah saja kadang masih belum mampu menemukan dimana rasa nikmat dalam bermunajat. Mungkin kamu sudah terlalu jauh. Untuk mencapai istiqamah, bahkan rasa nyaman." Kata sang guru lagi.
Si murid masih terdiam.
"Dan yang paling tidak menyenangkan, mungkin keadaan saat kita tak sadar sedang 'dijauhkan' dari Tuhan. Dan karena tak sadar, kita jadi tak tahu apa yang perlu diintrospeksi, apa yang perlu dikoreksi. Seolah semua sedang baik-baik saja."
Si murid makin tertunduk...
***
Dan banyak yang rumahnya dekat dengan makam Baginda Rasulullah Shalallahu'alaihiwasallam, namun tak pernah berziarah. Susah payah orang lain meluruskan, tapi kadang bahkan dengan tersenyum sampai ada yang menceritakan, belum pernah kesana sepanjang hidupnya. Dia bercerita dengan bangga.
Tidak cukup itu, bahkan sampai mengharamkan. Sementara yang jauh seperti merasa "diundang", untuk sekedar sowan.
Apakah yang rumahnya dekat masjid tidak merasa terpanggil, namun yang jauh dengan tekun merelakan waktu berjalan lima kali sehari. Kira-kira demikian. Bukankah itu sebuah hukuman? Atau mungkin tidak.