Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melatih Kejujuran dalam Menulis dan Berbicara

12 Juli 2020   05:26 Diperbarui: 12 Juli 2020   05:20 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sampul buku. (credit penerbit: Harper & Brothers (US))

________________

Kisah perseteruan Moby Dick dan kapten Ahab adalah salah satu dongeng sebelum tidur yang tak terlupakan. Paus raksasa dalam novel Herman Melville tersebut konon terinspirasi dari seekor paus besar yang menjadi monster laut pada masanya. Begitu mengerikan karena konon telah berhasil menenggelamkan beberapa kapal pemburu paus.

Herman Melville dikisahkan terilhami dari perjalanan survival kru kapal Essex yang berhasil selamat. Dia akhirnya menulis sebuah novel yang legendaris.

Herman Melville bukan plagiat. Namun dia orang yang terinspirasi. Dan plagiasi jauh berbeda dengan terinspirasi. Herman Melville tidak benar-benar menamakan kru kapal yang memburu paus raksasa itu dengan Kapten George Pollard. Paus sperma raksasa yang menenggelamkan kapal itu sebenarnya (kira-kira) juga bukan bernama Moby Dick.

Itu mungkin seperti saat saya mendapat tugas menggambar di kelas. Saya melihat seekor kuda, dan tiba-tiba saya jadi ingin menggambar seekor Unicorn. Atau mungkin seperti kisah Pablo Picasso saat melukis "Guernica" (salah satu lukisannya yang paling terkenal). Berbulan-bulan mencari inspirasi melukis, dan dia konon akhirnya terilhami membuat karya dari peristiwa kekejaman perang.

Jadi Picasso (mungkin) tidak benar-benar memasukkan gambar jenderal Francisco Franco dalam lukisannya. Atau diam-diam dia menggambarkannya dengan sebuah simbolisme? Entahlah...

Plagiasi adalah saat seseorang mengklaim ide orang lain, karya orang lain, jerih payah orang lain sebagai miliknya. Tidak menampilkan kredit dan sumber saat seharusnya mencantumkan. Walaupun hal kebetulan seperti tak sengaja ide A dan B ternyata sama persis (meskipun tak pernah bertemu) adalah hal yang termaafkan.

Seseorang yang baik akan menghargai pemikiran para pendahulunya. Sebab mereka belajar dari pendahulu mereka. Bukan melakukan hal "kurang ajar" dengan mengambil nama mereka. Atau mencuri idenya. Susah-susah mereka yang berpikir dan orang lain sekedar menikmati hasilnya.

Kita mengembangkan ide orang-orang terdahulu. Dulu orang membuat roda sederhana. Mungkin dari kayu. Sekarang ide tersebut dikembangkan menjadi ban canggih. Memiliki karet dan bisa menempuh jarak puluhan ribu kilometer. Apakah ilmuwan modern hari ini merupakan plagiat? Menjiplak roda "karya" manusia prasejarah? Tentunya bukan. Ilmuwan dengan rendah hati belajar dari manusia prasejarah. Mengakui bahwa itu awalnya adalah ide mereka. Lalu ilmuwan belajar dari ide itu, untuk semakin dikembangkan menjadi ide yang lebih baik, dan lebih baik lagi.

Demikian pula sebuah karya tulis. Atau karya seni. Kita bisa menjadi pembuat karya yang semakin baik saat mau menghormati para pendahulu. Dengan belajar dari ide-ide para pendahulu. Lalu mengembangkan itu menjadi lebih baik. Memperkaya dan memperluas. Alih-alih mengatakan bahwa "itu sebenarnya adalah ide saya".

Tak ada yang baru dibawah matahari. Tak perlu heran saat melihat "keajaiban" yang sebelumnya tak pernah dilihat orang-orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun