"Ternyata A pernah mengatakan ini." "Ternyata B pernah menulis ini." "Ternyata dalam buku C ada ide begini juga..." Dan banyak kata "ternyata" lain...
Sebab gak ada yang baru dibawah matahari.
Sisi gelapnya, saat terlalu mengandalkan bacaan dalam menemukan ide, mungkin saja pikiran jadi gak terlatih untuk menelurkan gagasan. Jadi malas berpikir, dan terlalu mengandalkan bacaan. Selama gak ada yang mendahului, akhirnya gak akan berinisiatif.
Alangkah baiknya saat mencoba pola baru dalam membaca. Yaitu gunakan membaca sebagai aktivitas untuk menguji keabsahan pendapat seseorang. Miliki ide sebelum membaca. Dan dengan membaca, uji ide tersebut apakah relevan? Apakah sudah benar pemikiran tadi?
Maka kemudian seseorang mungkin akan lebih terlatih untuk berpikir. Bukan sekadar nunggu pemecahan solusi dengan berharap menemukan tendensi dalam sebuah buku.
Awalnya ragu-ragu dengan sebuah kesimpulan. Tapi saat menemukan pembanding dan masukan, hati akhirnya jadi yakin.
Yah, memangnya manusia selalu seberuntung itu ya?
Kata-kata Mortimer J. Adler ini menarik...
"Pengetahuan tidak lagi merupakan syarat awal bagi pemahaman seperti yang pernah dipikirkan secara luas. Kita tidak harus mengetahui semua hal tentang sesuatu agar memahaminya.
Terlalu banyak fakta seringkali sama-sama menghambat pemahaman, seperti juga terlalu sedikit fakta. Ada kesan bahwa kita, manusia modern, terlalu terlalu dibanjiri oleh fakta-fakta sehingga menghancurkan  pemahaman." (How to Read A Book)
Apa pesan pentingnya? Jangan terlalu rakus akan informasi baru. Tapi saring sesuai kebutuhan. Saya tambahi, jangan suka menelan mentah-mentah sebuah fakta. Latih daya psikomotorik dengan banyak latihan dan eksekusi.