Meskipun dokter mengatakan, kamu tak akan kehilangan daya berpikir, kamu tetaplah yang dulu, namun siapa yang akan tahu apa yang Stephen Hawking pikirkan? Jika pada akhirnya mulutnya tak bisa mengatakan apapun, dan tangannya tak bisa menuliskan apapun?
Tapi setidaknya Stephen Hawking meskipun akan kehilangan "raganya", dia tidak kehilangan pikiran dan jiwanya. Stephen Hawking tetaplah dirinya.
Maka, disitulah dia masih mencoba untuk terus hidup. Dia hidup, mungkin karena memiliki pikiran yang terus bisa bergerak dengan bebas, dan pikiran itulah mungkin yang mampu membuat dirinya dapat kembali "merasa hidup". Meskipun raganya "telah mati".
Dia mungkin memiliki kehidupan dalam kepalanya sendiri. Walaupun dunia disekitarnya telah "runtuh."
Cukup menjelaskan, mengapa orang yang bahagia dan bersyukur itu cenderung awet muda.
Saat sudah tak lagi bisa bicara, setidaknya Stephen Hawking masih bisa tersenyum. Yah, dan itulah dia. Dia tetap bisa tersenyum. Digambarkan, dia melakukan apapun sendiri jika memang dia masih bisa melakukannya sendiri. Seolah-oleh dia seorang yang normal. Ditambah, dia memiliki keluarga yang mendukungnya. Dan istri yang mengerti akan dirinya.
Dari perasaan itulah, mungkin dia mendapatkan kembali semangat. Sebab ternyata dokter salah. Stephen Hawking bisa mencapai usia 76 tahun. Padahal, dulu kata dokter diperkirakan dia hanya mampu hidup dengan penyakit semacam itu dalam dua tahun saja. Tapi buktinya dia bisa bertahan hingga 55 tahun dengan sakit ALS.
Mungkin orang seperti Stephen gak percaya lagi dengan dokter. Karena dia bisa nyatakan, bahwa hipotesis dokter tentang usianya itu keliru.
Dan Stephen Hawking, dengan caranya sendiri bisa menuangkan pikiran dan idenya. Orang bisa mendengar dia bicara dengan sebuah mesin pembantu.
Bahkan dalam kondisi demikian dia bisa tetap menulis buku. The Brief History Of Time, The Grand Design, The Universe in a Nutshell, Brief Answer to the Big Question, Black Hole: The Reith Lectures, Theories of the Universe, dan masih banyak lagi.
Lalu apakah karya, kontribusi, dan ide yang sudah kita tinggalkan, padahal kita sehat-sehat saja? Kita memiliki pikiran dan raga yang hidup.