Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dahlan Iskan dan Buku "Ganti Hati"

1 April 2020   06:09 Diperbarui: 1 April 2020   07:21 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau orang biasa pasang ring jantung jumlahnya satu, dua tiga, lima atau berapa. Tapi ini ibarat memasang 570 ring. Bergidik rasanya membaca hal itu.

Membaca itu jadi merasa amat bersyukur. Pemberian Yang Kuasa memang yang terbaik. Pembuluh darah, walau nampak tak sekuat fiber buatan manusia, tapi bisa bertahan sampai berpuluh puluh tahun lamanya. Tergantung usia manusia. Dan pembuluh darah pemberian Yang Kuasa tidak butuh perawatan ekstra.

Beda dengan stent atau ring. Yang pemakainya dilarang mengkonsumsi makanan tertentu, berlemak misalnya. Agar tidak terjadi penyumbatan yang tidak diinginkan. Kalau sampai ada lapisan lemak yang menggumpal di ring dan terlepas, bisa menyumbat aliran pembuluh darah. Dan berakibat penyakit stroke.

Jantung buatan, baterainya bisa habis dalam sekian tahun. Dan sekian tahun harus diganti. Tapi jantung asli pemberian Yang Kuasa bisa bertahan bahkan satu abad lamanya. Terus berdenyut selama seratus tahun tanpa berhenti sedetikpun. Alangkah hebatnya. Alangkah besarnya anugerah Yang Kuasa.

Hal-hal kecil dan sederhana sampai sempat beliau tulis. Begitu mencirikan khas wartawan senior. Khas penulis sejati. Yang bisa "darah tinggi" jika punya tulisan bagus tapi gak ditulis. Bisa pusing dan galau tanpa sebab ketika ide yang sudah meluap-luap tidak dilampiaskan. Bisa masuk angin saat seminggu saja tidak melihat komputer atau buku.

Ibarat orang cerewet kok disuruh diam, disuruh jangan bicara sama sekali. Sehari mungkin bisa. Tapi seminggu tidak boleh mengucapkan sepatah kata pun? Pasti gak akan betah. Meronta-ronta sejadi-jadinya.

Satu khas tulisan beliau, kalimatnya pendek. Tulisan yang begitu lengkap seolah-olah membuat pembaca terbawa suasana, dan merasakan sendiri bagaimana kengeriannya.

Dan zaman sudah berganti. Fakta menyajikan itu. Bagaimana teknologi transplantasi sudah demikian maju, tapi donor organ sangat terbatas. Dunia medis memiliki devisit donor organ.

Di negara maju yang sudah mampu melakukan transplantasi, antrian untuk mendapatkan donor organ bisa bertahun-tahun. Lima sampai sepuluh tahun di Australia dan Amerika. Itu sebelum tahun 2010. Sekarang? Jangan tanya.

Ini menjadi semacam kenyataan yang harus dihadapi. Lebih-lebih dalam konteks orang muslim, masih pro kontra apakah boleh donor organ? Kalau ginjal atau hati, bisa separuh. Artinya pendonor masih ada kesempatan hidup. Terlebih donor liver. Liver yang didonorkan bisa tumbuh lagi. 

Artinya meskipun separuh liver dipotong untuk didonorkan, sekitar tiga bulan kemudian liver bisa kembali utuh seperti sediakala. Dan penerima donor juga livernya bisa tumbuh. Bisa utuh, meskipun cuma mendapatkan donor separuh saja. Tapi kalau donor jantung, harus satu dan utuh. Artinya pendonor harus mati. Atau harus dari orang yang sudah mati. Ini masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun