Proses perubahan terus menerus dalam masyarakat yang ditandai dengan kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup, pola pikir, dan kebudayaan perlu berjalan selaras dengan kearifan lokal.Â
Kearifan lokal  yang mencerminkan nilai luhur seperti gotong royong dan kebersamaan merupakan warisan kekayan tak ternilai yang dimiliki masyarakat Indonesia. Namun sangat disayangkan seringkali sikap individualisme, komersialis lebih menonjol mengalahkan kebersamaan dan jiwa sosial. "Tidak ada sesuatu yang tidak dengan uang, tidak ada bantuan tanpa imbalan".Â
Hal tersebut bukan berarti bahwa budaya gotong royong telah ditinggalkan sepenuhnya, salah satunya di masyarakat pedesaan seperti Padukuhan Plebengan Kidul Kalurahan Candirejo Kapanewon Semanu Kabupaten Gunungkidul DI Yogyakarta yang masih menjaga tradisi gotong royong. Disaat adanya pembangunan rumah, pembangunan tempat ibadah, disaat ada jalan yang rusak, warga masyarakat secara sukarela saling membantu tanpa mengharap imbalan apapun. Mereka berprinsip dalam bahasa jawa "Urip Kui Mung Genti Genten" yang berarti bahwa hidup itu hanya saling bergantian, tidak ada yang tau ketika hari ini kita membantu orang lain mungkin esok hari gantian kita yang akan dibantu orang.Â
Dapat menjadi renungan, betapa indahnya Indonesia ini apabila budaya gotong royong menjadi landasan utama dalam kehidupan bermasyarakat.Â
Seribu Teman Terlalu Sedikit, Satu Musuh Terlalu Banyak.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI