Mohon tunggu...
kamila abiyyahdiati
kamila abiyyahdiati Mohon Tunggu... mahasiswa ilmu komunikasi

hobi menulis apa yang ada di pikiran. 24107030121

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengidolakan Itu Manusiawi. Menghakimi Tanpa Tahu Itu yang Keliru.

13 Juni 2025   20:45 Diperbarui: 13 Juni 2025   19:53 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto lighstick BTS di konser/ sumber: pinterest (UC)

Fangirling. Bagi sebagian orang, kata ini hanya berarti seorang perempuan yang terlalu mengidolakan artis khususnya idola Korea (K-pop). Dalam pandangan yang lebih sempit, mereka dianggap berlebihan, fanatik, bahkan tak jarang dilabeli musyrik hanya karena ekspresi kekaguman mereka terlihat sangat emosional dan mendalam. Tapi benarkah semua itu hanya tentang "memuja-muja manusia biasa"?

Di balik layar ponsel dan fandom online yang ramai, ada banyak kisah sunyi yang jarang diketahui. Tentang seorang remaja yang bertahan dari hari-hari penuh kesedihan karena satu lagu yang menguatkannya. Tentang seorang penyintas kanker yang kembali tersenyum karena konten harian idolanya memberi warna dalam hidupnya. Tentang mereka yang berada di ambang putus asa, lalu menemukan satu kalimat penuh semangat dari sang idola cukup untuk membuatnya memilih hidup satu hari lagi.

K-pop bukan hanya tentang wajah tampan, tarian enerjik, atau dunia glamor semata. Ia adalah kombinasi seni, dedikasi, dan ketulusan yang disampaikan lewat karya-karya yang punya makna. Banyak lagu dari grup-grup seperti BTS, EXO, SEVENTEEN, Stray Kids, dan lainnya yang tidak bicara soal cinta klise, tapi soal perjuangan hidup, kehilangan, luka batin, pencarian jati diri, bahkan kesehatan mental.

BTS misalnya, dikenal karena sering menyuarakan isu kesehatan mental, tekanan generasi muda, dan pentingnya mencintai diri sendiri. Lagu seperti "Tomorrow", "Zero O'Clock", atau "Love Myself" bukan sekadar music bagi banyak orang, itu adalah penyelamat dalam diam.

Mungkin karena yang terlihat di permukaan hanyalah sisi euforia: merchandise, lightstick, konser, dan histeria. Tapi itu hanya bagian kecil dari dinamika fandom. Mereka yang di luar lingkaran ini tidak melihat sisi personal dari hubungan antara idol dan penggemar. Mereka lupa bahwa ini bukan sekadar hiburan, tapi juga tentang keterhubungan emosional, semangat hidup, dan tempat berlindung ketika dunia nyata terasa terlalu berat.

Sebagian orang memang merasa tidak nyaman dengan bentuk cinta yang terlihat sangat ekspresif, terutama dalam konteks budaya yang masih menganggap pengidolaan sebagai hal kekanak-kanakan atau tidak penting. Padahal, apakah ada yang salah jika seseorang menemukan makna dan semangat hidup dari karya seni dan orang yang menginspirasi?

Fangirl sejati bukanlah mereka yang hanya tahu teriak di konser atau sibuk trending nama idol di Twitter. Mereka adalah orang-orang yang merayakan hidup dengan cara yang mereka bisa. Mereka belajar dari perjuangan idolanya tentang kerja keras, tentang jatuh dan bangkit lagi, tentang bagaimana terus berkarya meski tidak sempurna.

Mereka menyimpan rasa terima kasih yang tulus pada orang yang mungkin tidak pernah mereka temui secara langsung, tapi telah berjasa besar dalam hidup mereka. Dan itu bukan sesuatu yang patut ditertawakan atau direndahkan.

Bukan berarti semua bentuk fangirling harus dibenarkan, apalagi jika sudah mengganggu batas kenyamanan atau menyimpang. Tapi penting juga untuk tidak menyamaratakan semua K-popers sebagai orang yang "terlalu fanatik". Banyak di antara mereka yang punya cerita, yang sedang bertahan, dan menjadikan dunia K-pop sebagai cahaya kecil di ujung lorong gelap mereka.

Jadi, sebelum kita menghakimi seseorang karena caranya mencintai sesuatu, mungkin kita perlu bertanya: "Apa yang membuatnya bertahan sampai hari ini?" Bisa jadi, jawabannya adalah... sebuah lagu, sebuah konten, dan satu sosok yang ia panggil "idol".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun