Mohon tunggu...
Arman Kalean
Arman Kalean Mohon Tunggu... Akademisi

Nahdliyin Marhaenis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fisika Modern “Pela Gandong”

22 November 2013   02:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:49 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

v= kecepatan, yang pada konteks ini dimisalkan penanganan per jarak titik konflik di kawasan Negeri tertentu.

Sehingga didapati h=pendekatan kondisional, yang dapat ditempuh yakni memfungsikan peran aktif dari para Latu Pati yang membawahi wilayah konflik, dari pimpinan adat inilah kemudian dibentuk tim kecil yang bekerjasama dengan para guru mata pelajaran muatan lokal (local wisdom) untuk kemudian melakukan interpelasi energi Pela Gandong lewat loka karya kepada penduduk heterogen dan mata pelajaran kearifan lokal Pela Gandong di sekolah-sekolah yang berada di wilayah konflik tersebut, pendekatan ini bersifat kontinue dalam artian harus dijalankan dengan aturan baku. Sementara untuk v= kecepatan penanganan per jarak titik konflik di kawasan Negeri tertentu, diperoleh dari bukan sebatas kehadiran aparat kepolisian atau TNI seperti pada tahap awal melerai kelompok yang bertikai. Selanjutnya v yang bergerak cepat ini tidak lain adalah gerak foton (Laskar Pela Gandong) merupakan aparat dengan legitimasi para Latu Pati, dengan rekruitmen berdasarkan hubungan Pela Gandong yang disesuaikan per jarak titik konflik. Fungsi foton (Laskar Pela Gandong) ini tentu dapat berfungsi sebagai tindakan preventif terhadap pemicu konflik terbuka.

Adapun fungsi foton dalam emisi foto listrik, foton cahaya menyediakan energi yang diperlukan oleh elektron untuk lepas. Jika kita artikan elektron sebagai id, yang menurut Sigmund Freud sebagai ‘prinsip kesenangan’. Kesenangan disini, hemat saya lebih ditekankan pada latar belakang kesenjangan ekonomi (konflik tertutup) sebagai sesuatu Conditio sine quonon. Sebab meskipun konflik terjadi di wilayah yang penduduknya notabene adalah bukan penghuni asli Ambon tetapi sangat cepat melibatkan penduduk lokal (lihat: pedagang kaki lima di Mardika).

Jadi, Energi Foton (Pela Gandong) dapat melepaskan Elektron (id dengan latar belakang kesenjangan ekonomi). Pada akhirnya, kekhawatiran Fahmi Salatalohy (salah satu praktisi studi multikultural di Maluku) dalam Politisasi Gandong tidak akan muncul seperti terlihat dengan adanya Pela Gandong yang terorganisir dalam perekat moment, apakah benar dengan pengorganisiran seperti itu Organisasi Kepemudaan yang lainnya seolah kehilangan legitimasi sosialnya? Sehingga nuansa euvoria politik pada konteks perdamaian bisa jadi tidak terelakan. Jika dibandingkan dengan Agama, maka pendapat M Yudhie Haryono dalam tulisannya Agama Civil Sentrum Indonesia Baru (2005:61) bahwa Agama, dengan demikian menjadi salah satu dari sejumlah kendaraan yang bisa ‘ditunggangi’ oleh siapa saja dalam rangka melaksanakan ideologi al-syu’ub (sektarian-kebangsaan). Lebih khusus, agama-agama yang terorganisir (organized religion). Sehingga diharapkan kemungkinan Pela Gandong yang terorganisir dan dapat ‘ditunggangi’ untuk kepentingan tertentu, dapat dihapuskan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun