Mohon tunggu...
Kala Sanggurdi
Kala Sanggurdi Mohon Tunggu... Pelajar dan Pengajar -

Hai. Aku menulis. Menulis puisi, Menulis cerita, Menulis naskah, Menulis ilmu, Dan kadang menulis omong kosong. Tapi tidak apa, karena tulisan adalah suara yang diabadikan, kan? ask.fm/palakienevermore

Selanjutnya

Tutup

Puisi

1. Impian

9 November 2017   08:30 Diperbarui: 10 November 2017   15:46 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Impianku mengarungi lautan awan putih tanpa sayap

Menemukan rasa sakit yang disembunyikan biru langit

Impianku menundukan sedih di taman tanpa berharap

Meninggalkan kenangan bahagia lama yang amat pahit


Impianku meninggalkan pekarangan itu tanpa meratap

Melepaskan pelukan eratmu yang dingin tanpa menjerit

Ah, gila. Ini puisi lama sekali. Jauh sebelum aku ke Rusia, malah jauh sebelum aku sadar bahwa menulis bisa menjadi hobi.

Tahun 2003? Tahun 2004? Atau mungkin tahun 2007? Aku tidak ingat jelas. Yang aku ingat, aku masih cukup bocah saat menulis puisi ini. Aku masih menganggap puisi itu harus punya rima (sampai sekarang pun juga), dan aku masih menganggap bahwa puisi itu harus dipenuhi kata indah. Kosa kata masih terbatas, dan pengaruh Sapardi Djoko Damono masih kuat (mungkin hingga sekarang).

Aku sudah tidak ingat lagi alasan apa yang membuatku menulis Impian. Aku hanya bisa menebak bahwa Impian adalah puisi hasil pelampiasan ketika aku merasa tidak bebas dan terkekang oleh kesedihan. Impian mungkin bukan puisi pertama yang kubuat, tetapi Impian jelas merupakan puisi paling tua yang masih tersimpan hingga sekarang.

Personally,aku sangat menyukai Impian. Aku menganggap bahwa Impian bukan puisi yang terlalu buruk, malah terlalu baik mengingat usiaku saat menulis Impian masih begitu muda. Tapi apalah baik-buruk dalam penulisan puisi, melainkan penilaian subyektif dari penulis dan pembacanya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun