Mohon tunggu...
Kahfi
Kahfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat wacana sosial, politik, agama, pendidikan, dan budaya

Manusia bebas yang terus belajar dalam kondisi apapun, Jangan biarkan budaya menjiplak ditengah ekonomi yang retak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sehat Menulis dalam Negeri Yang Sakit

20 Agustus 2021   22:20 Diperbarui: 20 Agustus 2021   22:39 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ist. https://pbs.twimg.com/media/CMG0hYuWsAAAyMU.jpg

Menulis untuk menjadi agenda rutinitas bukan perkara mudah ditengah pertarungan antara menjaga kewarasan nalar pikir dan memenuhi kebutuhan hidup suasana pandemi. Bagi yang terbiasa menulis dapat menjadikan pengamatan, diskusi, dalam pelbagai kondisi menajdi karya untuk senantiasa berbagi pengetahuan ataupun sekedar menyalurkan apa yang terlintas dalam pikirannya.

Bila, mengingat ucapan Bung pram, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat" tentu menyadarkan bahwa tak banyak pemimpin negeri ini yang mampu menghasilkan karya fenomenal. Terlebih saat kondisi sulit dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang tak menentu. Menulis bukan perkara mudah apalagi untuk menjadikannya diterima oleh khalayak ramai.

Pram merupakan salah seorang jagoan sastra yang dimiliki oleh bangsa ini. Dikatakan demikian sangat produktif dengan menghasilkan kurang lebih 50 karya yang telah diterjemahkan ke dalam 41 bahasa asing, Pramoedya Ananta Toer tentu layak disebut jagoannya sastra Indonesia. Dengan kata-kata yang ia gulirkan banyak penulis mulai bermunculan baik hanya sekedar untuk meluapkan perasaan sampai dengan mengkritik kondisi sosial, dan menawarkan gagasan untuk kemaslahatan bangsa dan negara.

Oleh karenanya, beliau juga mengatakan "Menulislah sedari SD, apa pun yang ditulis sedari SD pasti jadi" memberi pesan bahwa menulis itu bukan perkara instan untuk menghasilkan karya yang bisa diterima oleh publik terlebih menjadi karya fenomenal. Menulis dengan hati nurani dan refrensi tentu akan berguna dalam memberikan solusi bagi kemaslahatan bangsa dan negara. Bukan sekedar mengkritik tanpa menawarkan solusi dari pelbagai problem yang melanda bangsa.

Seperti kondisi pandemi saat ini, banyak penulis hadir hanya untuk menyalurkan ekspresi dari kondisi negeri yang sedang sakit dan menuntut pemerintah atas kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak terhadap rakyat. Namun, lupa memberikan tawaran solusi alternatif guna menyelesaikan permasalahan pandemi yang tak kunjung selesai.

Untuk itu, melalui tulisan ini mengajak kompasianer menawarkan gagasan konstruktif agar bangsa ini bisa segera pulih dan menjadi negeri yang sehat. Lantaran, banyak karya fenomenal hadir ditengah-tengah kesulitan ekonomi, sosial, dan penindasan. Maka, tidak menutup kemungkinan melalui kolom ini penyaluran solusi yang ditawarkan oleh kompasianer diterima oleh masyarakat dan menjadi karya fenomenal dikemudian hari saat pandemi telah berlalu.

Penulis, berkeyakinan apa yang saat ini ditulis sekalipun belum bisa menembus admin kompasiana ataupun berbagai penerbit paling tidak suatu saat nanti tulisan ini akan menjadi refrensi bahwa kita pernah mengalami siatuasi yang sulit dalam menulis setelah era kemerdekaan dan orde baru. Karena, senantiasa harus menjaga kesehatan nalar dan fikiran untuk tetap menulis tanpa menyebarkan propaganda kebencian yang menyebabkan perpecahan sesama anak bangsa akibat hoax yang bertebaran oleh oknum tak bertanggung jawab.

Kemajuang teknologi menjadi sarana penting bagi para penulis pemula untuk menyalurkan bakat dan minatnya dibidang tulis menulis. Tanpa harus mengejar honor, setidaknya itu yang pernah penulis rasakan saat pertama kali mengirim artikel ke beberapa media dan ratusan kali pula di tolak, sampai detik ini. Tak perlu takut dikritik akan materi dan gaya penulisan, justru hal itu yang membuat lebih berani mengirim tulisan ke media.

Sampai akhirnya, tulisan pertama muncul tahun 2008 di media lokal membuat penulis, tak pernah berhenti untuk terus menulis terlepas  diterima atau tidak. Bila belum diterima maka penulis meminta koreksi dari pelbagai pihak yang dapat memberikan saran konstruktif demi kemajuan penulisan.

Akhirnya, semoga pandemi segera berlalu berserta penyakit korupsi, kolusi, nepotisme dan penyakit yang ada dalam negeri yang kita cinta. Momentum HUT RI ke-76 bisa benar-benar menjadi Indonesiasemakin Tangguh dan Indonesia Tumbuh berkembang dan sejahtera. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun