Tapi apapun itu, pertemuan dan persahabatan saya dengan Cak Mat berikut olahan semangkuk bakwan Malang-nya, juga gerobak pikulannya yang sederhana plus pukulan ritmis pada bilah bambu yang selalu digenggam tangan kirinya cukup menjadi penawar rindu pada citarasa otentik sebuah mahakarya kuliner khas Nusantara, Bakwan Malang, sekaligus indahnya masa kecil di sebuah kampung yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem, kerta lan raharja di kaki  gunung Lawu.
Terima kasih Cak Mat! Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!