Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Puga dan Konsep Baiti Jannati dalam Budaya Mayarakat Banjar di Kalimantan Selatan

5 Agustus 2020   22:58 Diperbarui: 5 Agustus 2020   23:45 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Tumpang Sari | @kaekaha

Baiti Jannati = Rumahku Surgaku

Masyarakat nusantara tentu familiar dengan istilah Rumahku Surgaku yang diadaptasi dari frasa bahasa arab Baiti Jannati atau di dunia barat dikenal sebagai Home Sweet Home, dimaknai secara sederhana oleh Masyarakat Banjar sebagai upaya berkesinambungan untuk menghadirkan konsep "surga", sebuah tempat yang secara spiritual dan komunal diyakini serta dipersepsikan sebagai sebuah destinasi terbaik, paling indah, paling nyaman dan tentu paling ideal untuk sebuah kehidupan di dalam lingkungan rumah tempat tinggal.

Jadi, dalam konsep Baiti Jannati, "rumah" tidak hanya dimaknai sebatas ruang untuk tempat tinggal, layaknya sarang bagi binatang, tapi sebuah konstruksi bangunan yang istimewa, terbaik, ternyaman dan juga paling ideal bagi kita, manusia untuk hidup dan berkehidupan di dunia sesuai dengan yang dituntunkan oleh Sang Khaliq, sebagai sarana ruhaniyah untuk menggapai surga yang sebenarnya.

Uniknya, secara holistik, konsep baiti jannati atau rumahku surgaku, bagi urang banjar tidak cukup hanya menyangkut dimensi ketuhanan atau konsepsi habluminallah semata, tapi juga menyentuh dimensi ekonomi, sosial, bahkan sampai konservasi lingkungan yang secara umum dikenal umat sebagai bagian dari konsepsi hablumminannas.

Ini yang menarik! Selain memperlihatkan sifat asli Urang Banjar yang sepertinya tidak mau masuk surga sendirian, dimensi ekonomi dan sosial dari konsepsi Baiti Jannati yang secara riil bahkan juga menyentuh fungsi konservasi lingkungan jelas memerlukan proses dan persiapan, bukan ujug-ujug atau tiba-tiba ada dan jadi!

Tentu ini menjadi pesan penting bagi siapapun, khususnya bagi yang ingin memulai membangun "baiti jannati" bersama Urang Banjar (sebutan untuk masyarakat Banjar) di bumi Kalimantan Selatan.

Rumah Puga | @kaekaha
Rumah Puga | @kaekaha

Proses Membangun "Baiti Jannati"

Masyarakat Banjar meyakini, untuk membangun konsepsi baiti jannati  atau  upaya berkesinambungan untuk menghadirkan konsep "surga" ke dalam lingkungan keluarga harus difahami secara holistik, lengkap dari awal sampai akhir, tidak bisa mendadak, tiba-tiba atau hanya dipahami secara parsial!

Hal ini bisa dilihat pada tradisi Urang Banjar dalam membangun rumah, apalagi rumah puga (Bhs Banjar ; rumah pertama atau rumah baru) elemen utama membangun konsepsi baiti jannati. 

Untuk membangun rumah harus dari uang yang halal, bahkan jauh-jauh hari sebelum konstruksi rumah dibangun, lokasi tanah untuk membangun rumah juga wajib melalui proses screening! Uniknya, proses screening ini tidak hanya untuk mengetahui tingkat kelayakan huni lingkungan sekitar di alam nyata saja, tapi juga di alam sebelah yang tak kasat mata!

Setelah lokasi tanah dinyatakan layak huni, barulah menentukan model rumah yang nantinya akan di aplikasikan sebagai rumah tinggal yang pastinya berbasis rumah panggung. 

Kenapa rumah panggungIni !? Inilah yang wajib diketahui masyarakat nusantara! 

Rumah Panggung Khas Banjar | @kaekaha
Rumah Panggung Khas Banjar | @kaekaha

Ada dimensi ekonomi, sosial dan upaya konservasi lingkungan dalam konsep rumah panggung khas masyarakat Banjar. 

Model rumah panggung khas Banjar dibangun sebagai bentuk adaptasi terhadap alam Kalimantan Selatan khususnya Kota Banjarmasin yang daratannya didominasi oleh perairan darat berupa rawa-rawa dan sungai, karena rata-rata ketinggian daratannya yang hanya 60-80 cm dibawah permukaan laut. Fakta inilah yang kelak menjadi asal muasal lahirnya julukan 'kota 1000 Sungai" bagi kota yang juga menjadi ibu kota Propinsi Kalimantan Selatan ini.  

Faktanya, bangunan rumah Banjar yang berbentuk panggung tidak hanya berfungsi untuk mengantisipasi pasang surut permukaan air semata, tapi juga berperan dalam menjaga ekosistem rawa-rawa dengan tidak mengurangi luas penampangnya yang juga berfungsi sebagai daerah resapan air di Kota 1000 Sungai, bahkan banyak masyarakat yang memanfaatkan kolong rumah panggung sebagai tempat pembiakan dan juga pembesaran beragam jenis ikan konsumsi seperti Haruan/ Ikan Gabus (Channa striata), Sapat/Sepat (Trichogaster trichopterus), Sapat siam (Trichogaster pectoralis), Tauman (Channa micropeltes), Walut/Belut (Monopterus albus) dll.

Itulah salah satu sebab kenapa, Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas, meskipun rata-rata daratannya berada sekitar 60-80 cm dibawah permukaan air laut dan kebutuhan pembangunan perumahannya bertambah banyak dan luas, tidak pernah terdengar kebanjiran!

Setelah rumah puga dengan segala proses dan latar dimensinya jadi siap huni, barulah "kreatifitas" masing-masing keluarga dalam menghadirkan suasana surga di rumah, khususnya dimensi hablumminallah bisa dirancang dan diaplikasikan lebih efektif dan intensif.

Semoga bermanfaat!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun