Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kabut Asap? Ah, Kami Sudah Biasa!

14 September 2019   14:27 Diperbarui: 14 September 2019   20:00 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pagi Komplek Perumahan (dokpri)

Bagi kami masyarakat Kalimantan  (mungkin terkecuali Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara) bencana kabut asap yang selalu meneror dipuncak musim kemarau seperti sekarang ini, layaknya mentari yang selalu tenggelam di ufuk barat ataupun bulan sempurna di hari yang ke-15. 

Yah, kurang lebih seperti itulah adanya! Kabut asap seperti sebuah keniscayaan bagi kami! 

Tinggal menghitung hari, genap 20 (dua puluh) tahun saya bercengkerama dengan alam Kalimantan, khususnya di Bumi Antasari alias Kalimantan Selatan, artinya 20 (dua puluh) episode drama "kabut asap" juga telah saya lalui!

Sejak menginjakkan kaki di bumi Kalimantan di awal milenium yang lalu, sejak  saat itu pula saya merasakan serunya hidup di dunia lain!

Oiyaaa! Saya paling suka menyebut atau menggambarkan suasana dramatis saat "dikepung selimut kabut asap" dengan diskripsi layaknya dunia lain,  ini bukan karena saya pernah tinggal di dunia lain lho ya! 

Tapi justeru karena saya belum pernah melihat juga merasakan suasana hidup di bumi yang sedramatis saat berada ditengah-tengah pekatnya selimut kabut asap.

Saya berpikir hanya "dunia lain-lah" pilihan diksi yang paling pas untuk melukiskan dramatisnya suasana saat itu!

Dunia lain (dokpri)
Dunia lain (dokpri)

Pagi hari, udara yang seharusnya sedang bagus-bagusnya dan sedang sehat-sehatnya di sepertiga malam terakhir telah berubah menjadi racun mengerikan yang ditandai dengan baunya yang menyengat dan menusuk hidung.

Semakin siang seluruh permukaan bumi terselimuti oleh hamparan putih, saat itu matahari tampak seperti bulan purnama, bulat penuh dengan warna putih keemasan

Ketika memaksa untuk bernafas akan membuat dada semakin sesak, mata menjadi perih dan biasanya kepala akan menjadi semakin pening.

Puncaknya! Ketika pagi itu saya  harus berangkat kerja, dari batas kota Banjarmasin di Km 7 menuju kawasan industri dan pegudangan di seputar Liang Anggang, searah menuju Bandara Syamsoedin Noor. 

Tepat di bundaran Km 17, suasana seperti dunia lain untuk pertama kalinya saya alami!

Mobil ini hanya terlihat sorot lampunya (dokpri)
Mobil ini hanya terlihat sorot lampunya (dokpri)

Saat itu jarak pandang benar-benar di titik nol! Saat itu saya yakin ada banyak orang di sekitar saya berkendara. Saya ketahui dari suara deru motor dan teriakan pengendaranya, tapi wujud pengendaranya sama sekali tidak terlihat. 

Jangankan melihat pengendara di sekitar! Saat itu untuk melihat tangan sendiri saja nggak bisa!

Rekaman kejadian itu saya alami sendiri dipertengahan tahun 2006 dan terulang lagi di tahun 2015.

Untuk episode drama kabut asap  2006 sempat saya rekam dalam bentuk cerpen, tapi saya lupa posting dimana!

Untuk episode tahun 2015 sempat saya rekam dan saya publikasikan dalam bentuk berita singkat dengan judul Banjarmasin Pagi Ini, Serasa di "Dunia Lain" dan saat itu langsung mendapat label headline atau sekarang kita kenal dengan label artikel utama di Kompasiana. 

Inilah fakta selimut kabut asap di bumi kami, bumi borneo yang serial episodenya entah kapan akan tamat dan berakhir dengan ending yang menyenangkan layaknya sinetron di televisi kita.

Kami sudah terlalu terbiasa dengan teror kabut asap seperti ini, bahkan dengan level paling  mengerikan sekalipun!

Anak-anak main sepeda (dokpri)
Anak-anak main sepeda (dokpri)

Anda sehat mas?

Biasanya itu pertanyaan yang sering masuk ke blog atau medsos saya dari teman, saudara juga kolega di luar Kalimantan dan juga luar negeri  (untung belum ada dari luar dunia yang mengkonfirmasi...he...he...ehe).

Entahlah! 

Saya sendiri juga tidak tahu persis apakah masyarakat Kalimantan khususnya yang terpapar langsung kabut asap mengerikan seperti saya ceritakan diatas tetap bisa dikatakan sehat!? Meskipun tetap bisa beraktifitas seperti biasa!?

Bahkan anak-anak yang diliburkan sekolahnya karena alasan kabut asap, nyatanya mereka di rumah juga tetap beraktifitas seperti biasa! 

Mereka tetap main sepeda, main sepakbola, bahkan katanya situasi remang-remang karena kabut asap justeru paling seru untuk main petak umpet. Nah lho! Kok bisa?

Jawab anak saya,  Ah...kami sudah biasa!

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun