Mohon tunggu...
kadekdelawati
kadekdelawati Mohon Tunggu... MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Saya merupakan mahasiswa S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Uang Jajan Anak SD sebagai Dasar Literasi Keuangan dan Ekonomi Mikro

24 April 2025   15:53 Diperbarui: 24 April 2025   15:53 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Uang Jajan, Bekal Literasi Keuangan Anak  (sumber: https://images.app.goo.gl/t6oyEuHTBAiSErSZA)

Dalam keseharian, anak-anak sekolah dasar menerima uang jajan dari orang tua mereka. Meski jumlahnya kecil, uang saku ini bisa menjadi media efektif untuk pembelajaran ekonomi mikro dan literasi keuangan anak, jika digunakan secara bijak dan terarah. Uang jajan bukan sekadar untuk jajan. Ia adalah bentuk nyata dari transaksi ekonomi mikro yang menjadi bagian dari kehidupan anak setiap hari. Ironisnya, kegiatan ekonomi kecil ini justru sering diabaikan oleh sistem pendidikan formal. Di tengah upaya pemerintah membangun generasi cakap finansial dan literat ekonomi, sekolah dasar justru belum banyak memanfaatkan fenomena uang jajan sebagai materi pembelajaran yang kontekstual. Padahal, dari uang saku yang sederhana itu, anak bisa belajar tentang pengeluaran, menabung, membuat pilihan, hingga memahami konsekuensi dari setiap keputusan ekonomi kecil yang mereka ambil.

Sayangnya, dalam kurikulum sekolah dasar, materi ekonomi masih sering dibahas secara normatif. Anak-anak hanya diajarkan konsep dasar seperti perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, atau pengertian tentang alat tukar. Padahal, jika dikaitkan dengan literasi keuangan anak, pembelajaran ekonomi bisa jauh lebih aplikatif dan kontekstual, misalnya dengan memanfaatkan uang jajan yang mereka terima setiap hari. Sayangnya, pendekatan pembelajaran yang menyentuh realitas hidup sehari-hari belum banyak dikembangkan. Inilah celah yang seharusnya diisi oleh pendidikan berbasis pengalaman langsung, yaitu dengan melibatkan uang jajan sebagai instrumen pembelajaran ekonomi mikro yang konkret. Sekolah semestinya bisa menjadi mitra orang tua dalam mendampingi anak mengelola uang saku secara bijak. Misalnya, guru dapat mengajak siswa mencatat pengeluaran mereka selama satu minggu, lalu mendiskusikan hasilnya bersama. Kegiatan ini sederhana namun mendidik, karena anak dilatih membuat perencanaan, mengevaluasi pilihan, dan belajar disiplin. Bahkan, anak bisa diajak membuat "anggaran mini" yang berisi target menabung untuk membeli sesuatu yang mereka inginkan dalam jangka waktu tertentu. Ini secara tidak langsung menanamkan manajemen keuangan sejak dini serta bisa melatih disiplin, nilai-nilai seperti kesabaran, tanggung jawab, dan perencanaan keuangan akan tertanam secara alami.


Selain itu, sekolah juga bisa mengembangkan program-program seperti koperasi siswa, bank mini, atau bazar kreatif di mana anak menjual hasil karya mereka sendiri. Semua ini membuka ruang belajar ekonomi yang hidup, menyenangkan, dan relevan dengan dunia anak. Tidak lagi sebatas hafalan teori, tetapi pembelajaran yang menggugah kesadaran dan membentuk karakter. Di sisi lain, kita juga harus mengkritisi praktik pemberian uang saku yang tanpa arahan atau pembiasaan dari rumah. Tidak sedikit orang tua yang memberi uang jajan hanya sebagai bentuk kasih sayang, tanpa membekali anak dengan pengetahuan dasar tentang bagaimana uang seharusnya digunakan. Pendidikan ekonomi harus dimulai sejak rumah, tetapi diperkuat di sekolah. Ketika dua lingkungan ini bersinergi, anak-anak akan tumbuh menjadi individu yang mampu mengelola sumber daya secara bijak dan bertanggung jawab.

Mengajarkan ekonomi mikro melalui uang jajan bukanlah wacana elitis, melainkan kebutuhan. Dalam realitas hidup yang semakin kompleks, kemampuan mengelola keuangan sejak dini adalah bentuk kecakapan hidup yang mendesak. Jika kita ingin melahirkan generasi yang tidak mudah tergoda konsumtivisme dan mampu membuat keputusan ekonomi yang sehat, maka pendidikan ekonomi tidak bisa menunggu sampai anak duduk di bangku SMA atau kuliah. Ia harus dimulai hari ini, dimulai dari uang saku seribu rupiah yang dibawa anak SD ke kantin sekolah.

Kadek Delawati, Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun