Mohon tunggu...
I Gusti Agung Ayu Kade Galuh
I Gusti Agung Ayu Kade Galuh Mohon Tunggu... -

belajar menulis.. berusaha menuangkan ide dalam sebuah tulisan kritis, logis, dan bersolusi. \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berburu Khasiat Pijat Madura

19 April 2011   05:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:39 2264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa sangka orang Madura punya resep kecantikannya sendiri? Mulai dari jamu, lulur, hingga totok aura, sudah dikenal secara turun-temurun dari nenek moyang. Baik ramuan lulur maupun ritual pijat berbeda dengan yang lain. Berani jamin, Anda pasti akan merasakan sensasi unik tersendiri jika mencobanya! Bagi Supini (5

[caption id="attachment_101699" align="alignright" width="300" caption="Ibu Supini membawa lulur hitam buatannya"][/caption] 6), ia harus mutih selama dua tahun untuk mendapatkan ilmu pijat yang tidak sembarang diturunkan kepada orang Madura itu.

Supini, masih terlihat awet muda meskipun sudah memiliki lima anak dan sepuluh cucu. Wanita kelahiran Banjarmasin, 18 Juli 1954 ini mengaku memiliki darah keturunan Madura dari ibunya. Meskipun dari kecil ia sudah mengetahui bahwa dalam trah ibunya mudah ‘diturunkan’ ilmu pijat, namun ia baru belajar memijat enam tahun yang lalu. “Dulu, saya gak boleh belajar mijet sama suami. Dia tersinggung dikira uang dari dia tidak cukup sampai-sampai saya harus jadi tukang pijet,” kenang wanita ketika dijumpai di rumahnya Senin (18/04/11) lalu. Nasib tak dapat ditolak. Suami ibu Supini harus berpulang karena kecelakaan pada tahun 2000. Setelah ditinggal suami, ia justru semakin tergelitik akan ilmu pijat warisan leluhurnya.

“Tidak sembarang orang bisa, harus belajar dulu,” ungkap ibu berzodiak Gemini ini. Untuk mendapatkan ilmu itu, ibu Supini harus mutih yaitu berpuasa dari fajar hingga terbenam matahari hanya saja makanan sahurnya harus serba putih. Kala itu ia sering sahur dengan sekepal nasi putih dan segelas air. Terkadang, ia mengganti nasi dengan singkong putih. “Saya itu belajarnya dulu seminggu mutih, seminggu berikutnya makan biasa, lalu mutih lagi. Tapi pernah waktu itu saya benar-benar bertekad mendapatkan ilmu pijat, akhirnya saya mutih 40 hari,” ungkapnya sambil memijat pasien.

Selama mutih, ia rajin melakukan ritual Islam seperti sholat lima waktu, sembahyang malam, dan melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Sampai suatu hari, ia bermimpi memijat orang yang tidak bisa jalan, lalu ia pijat dan akhirnya sembuh. “Saya mimpi mijat orang yang tidak bisa jalan jadi bisa jalan lagi. Sesudah itu saya didatangi nenek saya. Ia kasih saya selendang merah,” ceritanya dengan berapi-api.

Konon katanya, jika sudah berhasil mendapatkan mimpi diberi sesuatu oleh salah satu kerabat yang mampu melakukan pijat madura ini, artinya orang tersebut sudah mendapatkan ilmu pijat dan boleh dipraktekkan. “Kira-kira saya mutih 2 tahun sampai dikasih mimpi itu. Setelah itu baru deh saya berani megang pasien. Dulu sebelum dikasih mimpi belum boleh mijat orang!” serunya.

Keunikan pijat Madura

Ibu Supini tidak hanya melakukan pijat untuk penyembuhan, tetapi ia juga melakukan totok aura. Tidak hanya totok wajah, ia mampu melakukan totok vagina dan payudara. Memang, totok aura lebih diminati para remaja dan ibu muda. “Saya sudah punya tiga belas pelanggan yang minta ditotok aura, dari wajah, vagina, sampai payudara. Kalau yang sudah punya suami biasanya ketagihan balik lagi!” kelakarnya sambil terus memijat pasien.

Jangan berpikir pemijat yang rela bolak-balik Jakarta-Yogyakarta hanya untuk memijat pelanggan ini menggunakan minyak khusus untuk memijat. Tidak sama sekali! Ia justru menggunakan body lotion untuk pijat biasa. “Kalau pake minyak kan bau, banyak yang gak suka! Lagian lotion kan bagus juga untuk kulit,” dalihnya. Berbeda jika pasien ingin melakukan totok aura. Ada ramuan khusus buatan sendiri, yaitu campuran dari ketan hitam dan kacang hijau. Hasilnya memang seperti ada butiran scrub yang berasal dari biji kacang hijau. “Ini lebih bagus timbang lulur di pasaran. Kalau lulur lain scrub-nya terlalu tajam malah ngerusak kulit,” promosinya. “Cuma kadang kalau orang yang jijikan pasti ga mau coba, habis warnanya item dan kesannya kotor,” kelakarnya kemudian.

Sifatnya yang banyak bercerita, membuat ia dekat dengan pelanggan. Tidak jarang pasien minta resep tradisional untuk mengencangkan kulit atau melakukan KB alami. Dengan senang hati, penyuka Briptu Norman ini membagikan resep nenek moyangnya. “Mending gak usah KB, sakit. Banyak makan kemangi dan kacang panjang mentah saja! Itu selain bagus untuk kulit, juga mengatur hormon biar haid lancar,” ceritanya ketika sang pasien mengeluh bingung akan KB atau tidak.

Di sela istirahatnya, pemijat yang biasa menangani lima pasien dalam sehari ini bercerita bahwa ciri khas pijat Madura adalah penarikan urat kembali ke posisinya. “Kalau pegel, ada urat yang mrengkel itu gak boleh dipencet. Kebanyakan pijet biasa itu kan asal main tekan. Hati-hati loh, malah bisa pecah pembuluh darahnya!” jelas ibu yang selalu memakai daster ketika memijat. Selain itu, pijat Madura kental dengan ritual Islam. Suasana Islami langsung terasa begitu memasuki kamar pijat. Dalam kamar pijat berukuran 2m x 3m itu terpampang permadani merah bergambarkan ka’bah. Dalam memijat, seringkali Bu Supini melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an memohon agar pijat yang ia lakukan benar-benar bermanfaat bagi pasien.

“Pernah ada pasien saya non-muslim, ia lalu tidak mau saya doakan. Ya sudah saya juga tidak mendoakan. Padahal pasien bisa saja berdoa dengan caranya sendiri, tapi udah terlanjur fanatik kali ya,” ujar ibu yang gemar merawat tanaman di sela kesibukannya memijat. Memang nuansa Islami sungguh kental di setiap perbincangan dengan beliau. Meskipun begitu, ia tetap menghormati kehendak pasien jika tidak mau didoakan secara Islam. “Saya ini kan hanya perantara Allah untuk membantu kesembuhan pasien. Tapi kalau pasien tidak mau ya saya tetap mengurut cuma tidak melafalkan doa apapun,” tegas pemijat yang mengaku punya pelanggan dari berbagai kota di luar Yogyakarta.

Bagaimana dengan totok aura? Jangan Anda bayangkan pijat ala Cina menggunakan jarum akupuntur. Ibu Supini hanya mengoleskan lulur hitam di wajah hingga leher. Kemudian memijatnya mulai dari kening, mata, telinga, hidung, dagu, hingga leher. Tak jarang sembari memijat, ibu yang memiliki kemampuan khusus untuk meramal nasib ini juga berbicara mengenai daya tarik pasien atau sebab mengapa auranya tertutup. Biasanya bagian tubuh yang ia sebut memiliki daya tarik tersendiri akan ia pijat agak lama. Setelah itu ia memegang kening pasien dan mendoakannya. Seperti sedang transfer energi, ia mengusapkan tangannya dari kening hingga leher pasien. “Tadi itu saya hanya berdoa kepada Allah agar pasien ini diberi cahaya dan menjadi cahaya bagi orang lain,”jelasnya ketika ditanya arti dari doa yang ia lafalkan.

Pijat untuk ibadah

Ibu Supini tidak mematok tarif tinggi bagi para pemakai jasanya. Bahkan, ia tidak ragu memasang tarif murah jika menemui pasien mahasiswa atau orang tidak mampu. “Saya lihat orangnya dulu, kalau kelihatannya masih mahasiswa, gak mungkin saya kasih tarif tinngi. Kan kasihan dia juga masih dibiayai orang tua,” ungkap perempuan ini sambil mengikat rambutnya. Normalnya, pijat biasa dikenakan tarif Rp 40.000,00 sedangkan pijat perawatan buka aura Rp 50.000,00. Memang tergolong biaya yang terjangkau bagi setiap lapisan masyarakat.

“Saya pijat bukan untuk uang, tetapi membuat orang senang karena sudah sembuh atau makin rukun sama suami. Saya jadi tambah seneng denger cerita pelanggan kalau pijat saya betul-betul berkhasiat,” jelas Ibu Supini yang mengaku tidak boleh ketinggalan sholat agar ilmunya tidak hilang. Alhasil, ia sama sekali tidak beriklan di surat kabar ata media lainnya. Namun, pelanggan tetap berdatangan berkat kesaksian orang-orang yang merasa tersembuhkan akibat pijat Bu Supini. Tidak jarang rumah tangga yang hampir retak ,bersatu kembali berkat totok aura yang dilakukan Bu Supini. “Saya pernah punya pelanggan dari Wates. Ia langsung kembali lagi setelah satu minggu saya totok vagina. Ia cerita kalau suaminya semakin sayang,”ceritanya sambil setengah tertawa. Terlihat sekali rona kepuasan ketika ia menceritakan perkembangan dari para pelanggannya.

“Perawatan untuk perempuan itu perlu. Mesti sayang badan timbang sayang uang,” kelakarnya. Ia berpikir banyak wanita yang tidak mau menjaga badan karena tahu dipijat itu sakit. Tetapi mereka justru beralih pada suntik vitamin atau suntik kurus yang justru lebih berbahaya bagi tubuh. “Pakai yang alami saja lah! Memang butuh proses, tidak bisa langsung kurus, tapi lebih aman!” tegas Ibu Supini yang mengaku terapi pijatnya juga bisa merampingkan badan.

Anda tertarik? Silahkan datang ke rumah Ibu Supini di Jl. Tentara Rakyat Mataram, RT 03/RW 01, Pingit, Yogyakarta. Tepatnya persis di belakang Universitas Janabadra. Coba dan nikmati sendiri khasiat pijat Madura!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun