Oleh : Dani Febri
Sang Ahli Stratak BANYAK WIDE atau ARYA WIRARAJA dari Bumi Lamajang
Arya wiraraja atau Banyak Wide ini adalah asli orang Lumajang yang lahir di Nangkaan, Ranu Pakis, Klakah. Ia tumbuh menjadi seseorang yang mempunyai power besar dan disegani semasa periodesasi terakhir kerajaan Singosari hingga nanti cikal bakal berdirinya kerajaan Majapahit sampai Lamajang Tigang Juru.Â
Di usia mudahnya, Sang Banyak Wide atau Arya Wiraraja ini sudah menjadi penasehat negara di Kerajaan Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara.
Dikisahkan dalam buku Sejarah Lumajang yang ditulis oleh banyak ahli sejarawan diantaranya Sri Margana, Baha'uddin, Agus Suwignyo,, Abdul Wahid, dan Uji Nugroho Winardi ketika prabu Kertanegara memotong kuping utusan dari Kubilai Khan karena meminta Singosari tunduk dan patuh  terhadap Khubilai Khan. Akibat kejadian ini tentu saja dari pihak Khubilai Khan tidak terima dan dianggap sebagai penghinaan besar dan sekaligus pengibaran bendera perang.
Pada awal 1292 armada militer Khubilai Khan mengirimkan pasukannya untuk menaklukan jawa dipimpin langsung oleh tiga panglima perang terhebatnya. Bersamaan dengan armada Mongol berangkat ke Jawa. Kertanegara yang haus akan kekuasaan itu memberitakan keberhasilannya menguasai seluruh Nusantara yang dimuat di Prasasti Arca Camundi.
Sebelumnya, akibat peristiwa datangnya utusan dari Mongol yang meminta Singosari tunduk terhadap Khubilai Khan, Kertanegara tidak terima dan mengirimkan juga prajurit terbaik Singosari ke negeri Cina tersebut.Â
Hal ini mengakibatkan kurangnya pasukan di ibu kota Singosari. Padahal dalam Kidung Harsawijaya menceritakan Raganatha memberi masukan kepada Kertanegara untuk tidak mengirimkan pasukan dengan jumlah besar yang mengakibatkan terjadinya kekosongan di ibu kota Singasari.
 Dalam penyampaianya, kekhawatiran  Raganatha adalah kemungkinan akan terjadi balas dendam yang dilakukan oleh  Jayakatwang dari kediri kepada Singasari akan dendam masa lalu. Hal ini di tolak tegas oleh Kertanegara karena ia beranggapan bahwa Jayakatwang mempunyai hutang budi.
Arya Wiraraja di Sumenep yang mendengar hal ini berinisiatif untuk mempengaruhi Jayakatwang dari Kediri untuk memberontak kepada Kertanegara dengan cara mengirimkan surat yang isinya menyatakan bahwa kondisi kraton dan ibu kota Singosari kosong akibat politik ekspansi yang dilakukan Kertanegara. Kecerdikan Arya Wiraraja berhasil mempengaruhi Jayakatwang setelah ia membaca isi surat yang dikirimkan oleh Arya Wiraraja.Â
Analisis cerdas penyusunan strategi teknik dan taktik yang di miliki oleh Arya Wiraraja, akhirnya berdasarkan Prasasti Gajahmada , Jayakatwang yang memimpin kerajaan Kediri yang notabene adalah bawahan dari Singosari melancarkan serangan  pada 1273 S atau 1292 M.Â
Dalam kitab Pararaton dijelaskan penyerangan itu dilakukan melalui dua arah. Pada awalnya serangan datang dari sisi utara yang di pimpin Jaran Guyang, sedangkan dari selatan dipimpin oleh Patih Mahisa Mundarang. Dalam pemberontakan Kediri terhadap Singosari, Kertanegara berhasil terbunuh ileh pasukan dari selatan yang berhasil masuk ke istana Singosari.
Mendengar adanya serangan dari sisi selatan Nararya Sangramawijaya atau Raden Wijaya terlambat menyadari strategi yang diterapkan oleh Jayakatwang dan mengakibatkan dirinya berlari dan meminta bantuan Arya Wiraraja.
Pelarian Raden Wijaya ke Madura ini dalam Kitab Pararaton  hasil dari usulan Ranggalawe dan Nambi untuk meminta bantuan kepada Arya Wiraraja di Sumenep.
Sesampainya Raden Wijaya di Sumenep dan bertemu Arya Wiraraja, ia berpesan untuk sabar dan pelan -- pelan. Kemudian Arya Wiraraja memberikan pakaian, sabuk, dan makanan kepada tamunya. Melihat sikap Arya Wiraraja tidak berubah meskipun Singosari telah runtuh. Raden Wijaya kemudian berjanji kepada Arya Wiraraja " sungguh besar hutangku padamu, jika nanti terwujud keinginanku, aku akan membagi dua bumi jawa. Kamu mendapat setengah dan aku mendapat setengah" Arya Wiraraja menjawab " sesuai dengan keinginan tuanku jika paduka hendak bertahta juga." Perjanjian ini dikenal dengan perjanjian Sumenep.
Lagi lagi Arya Wiraraja menyusun strategi tenik dan taktik yang akan dimainkan menghadapi Jayakatwang. Dalam skenario itu Arya Wiraraja meminta Raden Wijaya untuk berpura-pura menyerah pada Jayakatwanng. Arya Wiraraja disini akan meminta kepada Jayakatwang Raden Wijaya diterima sebaga nayaka di Istana Kediri. Jika diterima, Arya Wiraraja meminta Raden Wijaya untuk menyelidiki kekuatan Kediri dan mengajukan permintaan permohonan membuka hutan dan tanah tandus di Tarik, sebelah utara Surabaya.
Sesuai skenario Arya Wiraraja, Jayakatwang memberi ijin kedapa Raden Wijaya untuk membuka hutan Tarik menjadi perkampungan sebagai tempat singgah Jayakatwang berburu. Atas bantuan Arya Wiraraja yang mengerahkan orang-orang Madura untuk babat alas di hutan Tarik. Raden Wijaya segera menyusun kekuatan secara diam-diam sambil menunggu saat yang tepat untuk melakukan penyerangan pada Daha/Kediri.
Disaat penyerangan yang disusun Raden Wijaya di Tarik, di Sumenep Arya Wiraraja siap membantu. Persiapan ini bertepatan kedatangan Tentara Mongol yang dikirim Khubilai Khan untuk menghukum tindakan Kertanegara yang menceerai utusannya. Atas usulan dari Arya Wiraraja sang maestro strategi teknik dan taktik, Raden Wijaya diperintahkan berpura-pura menyerah pada pasukan mongol yang datang dan diterima dengan baik.
Raden Wijaya menceritakan kepada tentara Mongol/Cina bahwasannya Kertanegara telah meninggal dan digantikan Jayakatwang di Kediri. Menghadapi kenyataan tersebut tentara Mongol tidak mau pulang dengan tangan hampa. Oleh karena itu, pihak yang bertanggung jawab adalah Jayakatwang penguasa saat ini. Dalam pikiran panglima yang di utus Khubilai Khan ini penerus dari Kertanegara adalah Jayakatwang dan harus dihukum.
Menurut Kidung Harsawijaya, pasukan Mongol berkoalisi dengan pasukan Raden Wijaya dan Paukan dari Arya Wiraraja dari Madura untuk melakukan penyerangan pada Jayakatwang. Pertempuran dahsyat pun terjadi di Daha , banyak tentara yang mati di kedua belah pihak. Â Dan dalam waktu singkat Kerajaan Kediri dapat dikuasai oleh Tentara Tar Tar/Mongol. Kekalahan kerajaan Kediri ditandai dengan ditawannya Jayakatwang di ikuti dengan seratus anggota keluarganya.
Sesudah pertempuran ini, Raden Wijaya diperbolehkan pulang ke Majapahit atau Tarik oleh dua panglima perang Cina Shi-pie dan Iheh-mi-shih. Sampai disini skenario yang dijalankan oleh Raden Wijaya atas saran dari Arya Wiraraja berjalan mulus. Dan disinilah kecerdikan Raden Wijaya yang didukung Kecerdasan Strategi teknik dan taktik oleh Arya Wiraraja dalam memanfaatkan kehadiran tentara Tar Tar untuk mencapai Cita-citanya menguasai Jawa.
Dalam perjalanan menuju Tarik, Raden Wijaya di dikawal oleh dua opsir dan 200 tentara Tar Tar. Dengan strategi yang matang, Raden Wijaya bersama prajuritnya berhasil membunuh dua orang Opsir tentara Tar Tar dan tentara biasanya dalam perjalanan menuju Tarik. Menghadapi serangan mendadak dan kondisi tentara Tar Tar dalam posisi kurang siap dan sedang merayakan kemenangan atas Jayakatwang. Tentara Tar Tar bergerak ke arah utara untuk melakukan pelarian dan kembali ke negeri asalnya.
Peran Arya Wiraraja yang sangat ahli diplomasi dan penyusunan strategi mengantarkan Raden Wijaya untuk mendirikan sebuah kerajaan baru bernama Majapahit. Atas kebaikan yang dilakukan oleh Arya Wiraraja semasa pelariannya dan di tolong oleh Arya Wiraraja dan juga telah melakukan perjanjian Sumenep. Raden Wijaya memberikan kedudukan yang tinggi di kraton Majapahit, Ranggalawe diangkat menjadi Adipati Tuban dan Nambi menduduki jabatan Patih amangkubumi.
Dalam proses berdirinya kerajaan Majapahit awal, banyak terjadi konflik internal atas perasaan iri dan dengki yang di provokatori oleh Mahapati. Ronggolawe yang iri terhadap jabatan Nambi yang diberikan oleh Raden Wijaya ia kemudian menghimpun kekuatan di Tuban. Arya Wiraraja yang mengetahui hal ini berusaha menasehati Ronggolawe tetapi tidak berhasil. Kabar Ronggolawe menghimpun kekuatan untuk memberontak ini disampaikan oleh Mahapati pada Raden Wijaya. Hal ini membuat Ronggolawe makin kesal. Menurut kidung Ronggolawe. Pada tahun 1295 terjadi peperangan antara pasukan Ranggalawe dan pasukan Majapahit. dipeeprangan ini pula Ronggolawe terbunuh.
Mendengar Ronggolawe terbunuh, Arya Wiraraja menagih janji kepada Raden Wijaya berhubungan dengan perjanjian sumenep tahun 1292. Bahwa Raden Wijaya atau Kertarajasa akan membagi dua wilayah kekuasaan Majapahit . Kertarajasa sebenarnya berat hati untuk memecah kerajaan Majapahit.Â
Tetapi karena dia sudah berjanji dan mengingat kebaikan Arya Wiraraja akhirnya Kertarajasa mengeluarkan prasasti Penanggungan/Sukamerta (1296) yang berisi penyerahan daerah timur Kerajaan Majapahit dan sebagian besar unsur-unsur administrasinya kepada Arya Wiraraja. Dalam kitab Pararaton pada bagian Vlll (25) dijelaskan juga penyerahan kerajaan Majapahit bagian Timur kepada Arya Wiraraja yang luasnya Tiga daerah Juru.
Tahun 1295 adalah tahun berdirinya Lamajang Tigang Juru, karena dalam prasasti Penanggungan tidak disebutkan lagi nama Arya Wiraraja sebagai pejabat tinggi di kerajaan Majapahit. sementara itu dalam Prasasti Kudadu (1294) yang dikeluarkan dua tahun sebelumnya, nama Arya Wiraraja masih dicantumkan sebagai rakyan menteri makapramuka di Majapahit.
Dengan berdirinya Lamajang Tigang Juru atau Majapahit bagian Timur ini, Arya Wiraraja memilih Lamajang sebagai ibu kota kerajaannya. Arya Wiraraja memilih Lamajang sebagai ibu kota kerajaan juga didasarkan pengalaman panjangnya berpolitik dan kecerdasan sang ahli strategi yang dimilikinya.Â
Secara geopolitik Arya Wiraraja juga paham betul wilayah bagian timur termasuk Lamajang. Bukan hal aneh Arya Wiraraja atau Bnyak Wide ini adalah orang kelahiran Lamajang yang dikuatkan di serat Pararaton yang menginformasikan asal usul Arya Wiraraja  berasal dari Nangkaan, putra seorang buyut (jabatan setingkat kepala desa). Bunyi serat Pararaton pupuh V secara lengkap adalah berikut
"Kertanegara menjadi Raja, bernama nobatan Batara Siwabuda. Adalah seorang hambanya, keturunan buyut di Nangkaan, bernama Banyak Wide, diberi sebutan Arya Wiraraja. Rupa-rupanya tidak dipercayai, dijatuhkan, disuruh menjadi adipati di Sungeneb, bertempat tinggal di Madura bagian Timur."
Selain dari segi geopolitik, faktor magis, religus dan ekonomi juga menjadi pertimbangan Arya Wiraraja dalam menentukan Ibu Kota Lamajang Tigang Juru. Wilayah timur sisi lerem Gunung Semeru telah lama menjadi wilaya suci bagi rohaniawan dan dijadikan salah satu wilayah untuk melakaukan perjalanan ritual bagi mereka. Dari sisi geografis lokasi ini juga menjadi wilayah yang subur tanahnya. Sehingga menjamin perputaran roda ekonomi bagi masyarakat ibu kota, terutama dalam sektor pertanian.
Daerah wilayah Arya Wiraraja yang di berikan Kertarajasa meliputi Gunung Bromo Dan Semeru mulai Probolinggo, Lumajang ke timur sampai Banyuwangi. Sementara menurut Mansur (sejarahwan asli Lumajang) daerah wilayah Lamajang Tigang Juru meliputi Lamajang dan tiga negara bagian yaitu Patukangan (Panarukan) , Blambangan, dan Madura.
Kraton Kerajaan Lamajang Tigang Juru berada di Arnon atau sekarang Kutorenon. Dalam pembangunan kraton kerajaan sang ahli strategi Arya Wiraraja memilih Arnon karena letaknya yang aman dari Letusan Gunung Semeru dan disisi Utara berbatasan dengan Sungai Bondoyudo dan ketimur akan di temukan rawa-rawa yang sangat luas sampai daerah Jatiroto sehingga ketika ada penyerangan pada Kraton Lamajang Tigang Juru haru menyebrangi sungai besar di sisi utara Kraton. Disini Arya Wiraraja juga membangun benteng yang kokoh dan seluas 135 Ha dan di lengkapi enam menara intai tiga disisi barat dan lainya di masing masing arah terdapat pengungakan (tempat pengintaian).
Sangat bangga menjadi putra asli kelahiran lumajang, Jawa Timur. Penulis berpesan bahwa sejarah adalah modal dan kekuatan untuk membangkitkan semangat belajar tinggi dalam menggapai cita cita dan juga dalam menjalani kahirupan (kehidupan). Arya Wiraraja atau Banyak Wide yang ahli strateg teknik dan taktik juga seorang yang gigih dan tidak pantang untuk berkata menyerah harus digaungkan oleh Masyarakat Lumajang, khususnya oleh kaum pemuda dan mahasiswa asli Lumajang.
Mengutip dari ahli sejarah Britania Raya Jhon Dalberg Acton
"mempelajari sejarah bukanlah beban ingatan, melainkan sebuah proses penerangan jiwa"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI