Mohon tunggu...
Justin SURYA ATMAJA
Justin SURYA ATMAJA Mohon Tunggu... Wiraswasta - INDONESIA SELAMAT DAMAI SEJAHTERA

PERINDU dan PENCARI dan PEMBELAJAR CINTA

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Deja Vu Sepakbola Nasional, Mungkinkah?

17 Februari 2016   12:48 Diperbarui: 17 Februari 2016   13:24 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="KLb PSSI 2015 | sumber gambar: sports.vice.com"][/caption]

Sanksi Administratif berupa seluruh kegiatan PSSI tidak diakui Pemerintah ("Pembekuan") memasuki usia 10 bulan. Poin penting lain dari pembekuan tersebut adalah: Proses dan hasil KLB PSSI 18 April 2015 berupa kepengurusan dan yang lainnya tidak diakui sama Pemerintah. Tupoksi (tugas pokok dan fungsi) PSSI diambil alih oleh Tim Transisi. Lupakan bahwa SK Menpora itu telah dinyatakan keliru dan harus dibatalkan berdasarkan ketetapan lembaga peradilan PTUN dan PTTUN, Imam Nahrawi toh sama sekali gak menggubris produk lembaga peradilan resmi di negeri ini tersebut...

Fakta, bahwa bejibun janji-janji dan niat baik Imam Nahrawi untuk menancapkan fondasi berupa Blue Print dan Road Map Reformasi Tata Kelola Sepakbola Nasional di ternyata sampai dengan detik ini nol besar alias zonk!

Federasi Baru, KLB untuk mengganti seluruh pengurus PSSI dengan orang-orang yang bersih, profesional dan kredibel, rencana gelaran kompetisi yang jauh lebih profesional, adil dan transparan serta akses bisnis yang lebih menjanjikan.. semuanya hanyalah lamunan kosong di dunia goib! Yang bisa dilakukan Imam Nahrawi dan Tim Transisi hanyalah menyalahkan para pengurus PSSI sebagai bagian dari mafia yang ngurus sepakbola nasional bukan untuk kepentingan rakyat sepakbola sambil menunjukkan kepada publik kekuatannya sebagai penguasa ...

Solusi kreatif menuju konsep win-win yang dimunculan FIFA yaitu wadah Tim Ad Hoc untuk menyiapkan proses reformasi tata kelola sepakbola nasional sama sekali gak menarik perHATIan Imam Nahrawi, yang tetap dengan keinginannya bahwa reformasi sepakbola nasional harus dalam kendali penuh pemerintah. Ia lupa bahwa PSSI adalah organisasi yang keberadaannya dilindungi konstitusi dan Undang-Undang, termasuk untuk mandiri mengelola dirinya sendiri melalui mekanisme organisasi yang juga bertaut dengan organisasi sepakbola internasional seperti FIFA, AFC dan AFF...

Terakhir dalam pertemuan "terpaksa" dengan Agum Gumelar selaku Ketua Tim Ad Hoc, dengan bahasa bersayap Imam mengatakan telah terjadi kesepahaman untuk menghindari diberikannya peningkatan sanksi dari FIFA. Faktanya, seperti selalu terjadi sebelumnya, untaian kata-kata manis tersebut lantas gak diikuti dengan langkah-langkah nyata. Sepertinya perilaku Imam Nahrawi ini langsung ato gak langsung, diakui ato gak.. udah bikin para pengidols fanatiknya patah arang kehabisan materi untuk membelanya mati-matian. Liat ajah, kompasianer seperti Mafruhin, Hery dan simbah Zen udah jaga jarak meski masih malu nyataken bertobat...

Salah satu dari sekian banyak syarat bagi Imam Nahrawi untuk gabung tim Ad Hoc adalah digelarnya KLB untuk mengganti seluruh kepengurusan PSSI. Pertanyaannya adalah: pengurus PSSI mana yang akan diganti? Kalau yang akan diganti adalah kepengurusan PSSI hasil KLB 18 April 2015 dimana La Nyala terpilih jadi ketua PSSI, maka ini sangat bertentangan dengan isi SK itu sendiri seperti dijelaskan singkat di awal tulisan ini. Bagaimana mau ganti pengurus yang menurutnya gak ada? heu heu heu...

Okelah, mungkin yang dimaksud Imam dengan KLB adalah untuk mengganti keengurusan sebelumnya yang ketuanya adalah Djohar Arifin Husin dan La Nyala sebagai waketum PSSI. Kalau ini yang dimaksd, maka Imam punya keinginan untuk lompat kembali ke masa lalu yakni tanggal 17 April 2015 sebelum gelaran KLB PSSI berlangsung. Tapi, lamunan deja vu Imam ini gak bakal direstui sama FIFA yang sudah tegas katakan mengakui kepengurusan PSSI hasil KLB 18 April 2015. Kalau proses imajinasi deja vu ini dipaksakan, tentunya kepengurusan PSSI Baru versi Imam Nahrawi ini hanya akan berlaku di dalam negeri dan pasti akan terkucil dari pergaulan sepakbola global...

Kemarin Agum Gumelar bergerilya ke negri Jiran untuk bertemu dan melobi para petinggi FIFA dan AFC.. langkah Agum ini sebenarnya langkah lanjutan dari hasil pertemuannya dengan Imam beberapa waktu lalu. Lagi-lagi, Imam gak mampu menampilkan perilaku sebagai seorang pemimpin, apalagi pemimpin pelayan... meski setengah berseloroh, komentar Imam "kok saya gak diajak?" sudah cukup mewakili keinginan kuatnya untuk merebut kepengurusan PSSI entah mau diberikan kepada kelompok yang mana, jauuuuh dari nawaitu untuk bener2 mereformasi tata kelola sepakbola nasional menuju puncak prestasi....

".... daripada sejuta khayalan dan angan-angan, lebih baik dengan satu keinginan... daripada sejuta keinginan, lebih baik dengan satu kemauan... daripada sejuta kemauan, lebih baik dengan satu niat... daripada sejuta niat, lebih baik dengan satu nawaitu... "

Mauw tau bocoran kelanjutan kisah "merebut teritori kerajaan bisnis sepakbola nasional" ini? yuuuuk kita bertanya pada rumput yang bergoyang, pada rumput tetangga ato pada bini tetangga....

 

Heu heu heu...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun