Mohon tunggu...
Adi Hermansyah
Adi Hermansyah Mohon Tunggu... Dosen

Suka baca, apa saja asal segar...

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ini Tentang Senyum

5 Maret 2025   15:07 Diperbarui: 5 Maret 2025   15:07 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Gombong kota kecil di kabupaten Kebumen tempat yang menyenangkan untuk disinggahi, benteng Van Der wijck yang begitu melegenda, mendoan khas banyumasan yang bikin kenyang dan tentu saja tanah kelahiran kekasih hati yang membuat tempat ini menjadi rumah kedua bagi saya. 

Gombong lintasan utama bila menjelajahi jalur selatan pulau Jawa, kota kecil tapi lengkap, kota dengan beragam etnis dan suku, dari orang Batak, Aceh, Minang, China, sampai orang jawa juga banyak disini (ya iyalah). 

Berkuliner ria di sini juga menyenangkan, selain mendoannya yang dapat ditemukan di seantero Gombong, varian makanan lain juga tak kalah menarik untuk dicicipi, serabi bakar di simpang Rumah Sakit tentara (mau varian coklat, gula jawa, atau polos), sate Madura nya, Ayam taliwang, sate bebek dan masih buanyak lagi. 

Berwisata disini juga serba terjangkau, bukan hanya karena murah tapi serba dekat, lengkap lah. Tapi satu lagi yang membuat gombong terasa komplit, ramah tamahnya. Khas orang jawa, masyarakat yang ramah menjadikan saya betah tinggal di Gombong, eit tunggu dulu!! keramahan ini ternyata bukan milik orang jawa saja. Di Jalan utama Gombong ada satu Toko Grosir dan enceran di barat jembatan sungai Gombong, NGASEM nama tokonya. Toko ini dipunyai oleh warga gombong ber-etnis tionghoa. Tokonya tidak terlalu besar, tapi pembeli ditoko ini tidak pernah sepi (walau tidak seramai antrian digerai Mi Kiro saat baru-baru buka), barang yang dijual juga sama seperti kebanyakan barang-barang di toko grosir dan enceran lainnya. Dari sampo rentengan, diapers bayi sampai jika perlu sprei untuk kondangan juga ada di toko ini. 

Perbedaan mencoloknya malah dipelayanannya, ya pelayanan. Bagi saya sambutan dari ibu-ibu ber-etnis Tionghoa  si empunya toko sangat asing, meski tidak sering berbelanja di toko tersebut namun senyum dan sambutan pemilik toko membuat saya terkesan, kesan yang saya ceritakan berulang-ulang kali ke siapa saja jika berbicara tentang pelayanan.

Oya, pernah sekali saya berolahraga di seputaran lapangan Manunggal Gombong. Pusat kegiatan masyarakat Gombong ini selalu dipenuhi oleh masyarakat nya yang berolah raga, senam, jogging, sampai guling-guling juga dilakukan disini (guling-guling anak kecil merengek minta jajan atau mainan..hehehe), namun di pagi itu dari sekian banyak pengunjung, ada pengunjung yang menyita perhatian saya, ya pasangan ibu dan anak (anak kecil yang dipangku) yang sedari tadi duduk di pinggiran jogging track dan menyapa dengan sapaan "selamat pagi" dengan senyuman segar mengembang, siapa saja yang lewat, sapaan ibunya di ikuti oleh anaknya, begitu seterusnya siapapun yang kebetulan berpapasan dengan mereka. Ya dialah pemilik toko NGASEM, yang konsisten dengan senyumnya yang tetap segar, walau pagi, siang atau sore hari. Tetap konsisten, walau melayani di toko ataupun bertemu dengan mereka-mereka yang ada di jalan., dan sepertinya sedang "diwariskan" pada generasi berikutnya.

Seyum itu walau dinggap receh tapi berjuta kesan menjadi nilainya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun