Mohon tunggu...
Adi Hermansyah
Adi Hermansyah Mohon Tunggu... Dosen

Suka baca, apa saja asal segar...

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Sinetron "Hukum" Indonesia

15 Februari 2025   07:59 Diperbarui: 15 Februari 2025   07:59 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hukum dibegal, dewi keadilan diruda paksa dilecehkan dengan berbagai cara oleh para pembegal dan pemerkosa hukum, syahwat kekuasaan menodai kesucian "dewi keadilan" dengan tanpa malu-malu, ramai-ramai mereka menelanjangi dan mengerayangi hukum, dipertontonkan pada semua kalangan dan usia. Aah mengikuti  drama tegakknya hukum di Indonesia hanya mendapati kegeraman, kemarahan dan kekecewaan dengan episode-episode tanpa klimak, layaknya sinetron striming yang tayang mengikuti rating penonton dan banyakknya iklan. Mungkin mengikuti bagaimana Israel membantai warga Gaza lebih membuat hati haru dan menangis, seraya berdoa dan mengingat Yang Maha Kuasa agar penjajajah dan para sekutu munafik itu enyah-se enyah-enyahnya dari muka bumi.

Sutradara hukum di Indonesia memang bebal, meski penonton sudah bosan dan muak namun dia memaksa dengan "memegang" kepala kita agar tak berpaling dari drama yang dia tukangi. Walau tontonan itu memalukan dan membuat jengah tanpa sadar luncuran umpatan dan caci maki kekecewaan sering keluar dari mulut pemirsa.

Sutradara hukum di Indonesia memang bebal, dia cengkram Lembaga "sensor" penegak tontonan hukum agar produknya dapat ditonton rakyat diseluruh negeri dengan ketelanjangan, vulgar tanpa sensor dari si "penegak etika".

Pelakon dalam drama hukum Indonesia pun banyak yang tak tau malu, layaknya artis-artis sensasional dan penebar kontroversi tanpa prestasi, ah yang penting populer dan bisa hidup dari sedikit aksi murahan walau itu mengotori layar-layar televisi dan sampul-sampul media entertaimen. Jika sekelas artis lawas laku karena charisma dan etikanya dalam dunia hiburan dengan memberi contoh dan teladan, lain cerita dengan si pembuat onar mereka cukup wara-wiri ditivi-tivi gossip recehan memantik rasa penasaran dari pirsawan yang mencari bahan gunjingan seharian.

Sutradara hukum di Indonesia memang bebal, tak heran karena kuatnya oligrakhi yang menjadi Produser nya, memonopoli tontonan dengan kebejatannya. Aah akhirnya, "biar saja" menjadi rangkaian kata dari kepasrahan, memasrahkan kau wahai pembuat onar dan perusak moral pada Sang Pengadil, jika tidak di dunia biar Dia yang menghakimi mu kelak dimasa kau tau bisa lari dan membela diri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun