Mohon tunggu...
Juru Martani
Juru Martani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@jurumartani.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Revolusi Mental, Apa Urgensinya ?

16 Juni 2014   22:37 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:28 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada apa dengan mental bangsa Indonesia sehingga perlu di revolusi ? Sedemikian parahkah moral bangsa kita sehingga Kubu Jowoki - JK mencanangkan misi Revolusi mental ? Disini saya tertarik untuk menelisik lebih jauh dan mencoba memahami dengan seksama mengapa sampai muncul wacana 'Revolusi Mental'

Sepintas bila kita mendengar atau membaca berita mengenai gerakan Revolusi Mental,  memang dapat dinilai sebagai sebuah gebrakan yang serius untuk membenahi sikap dan perilaku manusia Indonesia terutama para pejabat dan para pemimpin di negeri ini.  Tentu program ini bisa memilik daya tarik luar biasa dan menjadi program unggulan pasangan Capres/cawapres dengan no urut 2 Jokowi-JK. Bahkan Jokowi sudah berulang kali menyampaikan perihal 'Revolusi Mental' didalam  acara kampanye dimana-mana.

Para audience dari berbagai kalangan, dari rakyat biasa sampai intelektual dan para pejabat sekalipun,  mendengarkan pidato Jokowi tentang Revolusi Mental, nampak  mengangguk anggukkan kepala tanda setuju dan menelan mentah mentah bahwa program Revolusi Mental adalah mutlak untuk segera dilaksanakan. Tapi tahukah anda, apa yang sesungguhnya melatarbelakangi paradigma itu ?

Persepsi masyarakat mengenai moral bobrok para pejabat

Mengapa publik menilai bahwa mental bangsa Indonesia terutama para pejabatnya sudah bobrok dan perlu segera dibenahi ?  Hal ini semata mata akibat ulah kalangan media  yang selalu saja mem-blow up kasus kasus kejahatan yang melibatkan para pejabat elit kita. Berita mengenai Korupsi, Kolusi dan Nepotisme selalu menghiasi halaman muka dan headline semua media, apalagi dengan berkembang pesatnya fungsi sosial media, maka hal ini semakin mempercepat proses pembentukan persepsi yang salah  dikalangan masyarakat luas terhadap moralitas para pejabat kita.

Sampai disini saya menilai, bahwa kalangan pers kita sudah terlena dan salah arah. Mereka tak pernah memikirkan dampak serius akibat berita berita yang mereka lansir secara sistematis dan terus menerus itu. Mereka bukanlah sekedar mengejar berita tetapi sibuk mencari nafkah dengan berjualan berita.

Mengapa saya berani katakan itu ? Sebab para wartawan tentu saja akan mencari berita berdasarkan skala  prioritas, yaitu berita yang gampang 'dijual'. Maksudnya berita yang mampu  menarik perhatian publik. Memang logis juga, sebab tanpa berita yang menarik, tentu perusahaan media tempatnya bekerja akan segera gulung tikar.

Namun demikian, pernahkan kita semua sadari,  dengan seringnya berita semacam itu ditayangkan diberbagai media maka dalam jangka panjang akan mampu menggiring opini dan persepsi publik bahwa moral para pejabat negeri ini sudah bobrok. Masyarakat terlanjur  menilai bahwa para pemimpin bangsa ini sudah mengalami degradasi moral.

Padahal menurut saya, yang sesungguhnya terjadi tidaklah demikian. Tentu masih banyak para pejabat kita yang bekerja dengan baik, patuh kepada aturan dan menjujung tinggi martabat diri. Pelaku kejahatan kerah putih hanyalah segelintir orang saja, namun karena beritanya dibombardir di berbagai media, maka seolah olah, semua pejabat dan pemimpin kita sudah tak bermoral.

Seandainya insan Pers kita sedikit lebih adil, seharusnya berita yang diturunkan harus pula diimbangi dengan menampilkan prestasi para pejabat dan pemimpin yang punya dedikasi tinggi, jujur dan amanah.

Kerusakan moral bangsa, apa ukurannya ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun