Sambas – Mata Kalbar - Salah satu pengunjung Puskesmas Sambas yang terletak di Desa Dalam Kaum Kecamatan Sambas, Nurbaiti (39), mengatakan bahwa bayinya sering diberian makanan koleh (Bubur tepung). "Bayi saya skarang usianya 4 bulan, dari usia 1 bulan sampai sekarang masih saya beri makan koleh dan pisang" tutur Nurbaiti.
Ibu 3 anak ini ketika diwawancara oleh tim Jurnalis Warga Sambas Terigas, mengaku bahwa kebiasaan ini sudah dilakukan secara turun temurun. "Ini juga sudah turun temurun dilakukan" tukas ibu itu lagi.
Informasi pentingnya asupan ASI Esklusif untuk bayi ternyata masih belum diterima disebagian besar masyarakat kabupaten sambas, walaupun saat ini pemerintah, lembaga dan dinas terkait maupun dari puskesmas sendiri sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan pentingnya ASI Eksklusif untuk bayi.
Kepala Puskesmas Sambas, Sim Titi dikantornya beberapa hari yang lalu ketika diwawancara di ruang kerjanya, Kamis (26/6) mengatakan bahwa sebenarnya upaya yang dilakukan oleh pihak Dinas, Puskesmas dalam mengkampanyekan pentingnya ASI Eksklusif sudah dilakukan.
"Sebenarnya kita dari lembaga, dinas maupun puskesmas sudah maksimal mengkampanyekan ASI Eksklusif ini, bahkan digandeng dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Persalinan Aman (PA). Karena ketiga hal itu sangat berkaitan, untuk kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Kampanye telah kita lakukan baik melalui baliho, spanduk, pamflet, sampai iklan di TV yang melibatkan artis. Namun sepertinya tingkat kepedulian masyarakat akan hal ini masih sangat kurang" papar Sim Titi.
Ia mengungkapkan bahwa, di Kota Sambas kesadaran masyarakat pentingnya ASI Eksklusif terbilang masih rendah. "Di Sambas saja, bayi yang harusnya dari usia 0-6 bulan wajib diberi asupan ASI Esklusif, malah masih banyak yang memberi makan koleh maupun susu formula,” tutupnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Puskesmas Sambas, Sam Titi, menawarkan solusi untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya ASI Eksklusif. Pemikiran seperti ini juga yang harus dihilangkan dari kalangan masyarakat, ajaran dari orang tua. “Solusinya, selain mengadakan kelas untuk ibu hamil diposyandu, harus ditambah dengan kelas ayah dan kelas nenek, agar kebiasaan memberi asupan pisang, koleh dan susu formula ke bayi dari 0-6 bulan bisa dihilangkan. karena ini menyangkut tumbuh kembang bayi nantinya" tutup kepala puskesmas sambas ini.
Jurnalis Warga Sambas Terigas
Wahyudi / Yoyok