Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Djomeh, White Balloon, The Circle, Wajah Iran di Jiffest 2001

2 Oktober 2025   00:31 Diperbarui: 2 Oktober 2025   00:31 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam Djomeh-Sumber Gambar:https://trigon-film.org/de/filme/djomeh/

Salah satu festival film yang membuat saya banyak memberikan catatan adalah Jakarta Intenational Film Festival (Jiffest) ketiga yang berlangsung sejak 26 Oktober hingga 10 November 2001.  Jiffest dengan waktu yang cukup panjang ini  menyajikan 103 judul film dari 32 negara.

Jiffest ketiga ini membuat saya jatuh hati pada film-film negara Iran, negara  luar keempat setelah AS (Hollywood), Prancis  dan Jepang. 

Iran menjadi menarik karena sejak 1979 berada dalam era republik Islam setelah jatuhnya Sah Iran yang membuat pertanyaan seperti wajah masyarakat Iran di mata para sineasnya. Nah, di Jiffest 2001 saya  berkesempatan menyaksikan tiga film Iran dari sembilan film yang saya tonton dalam 14 hari ini.

Djomeh: Nasib Imigran Afghanistan di Iran

Pertama, "Djomeh", karya Hassan Yektapanah rilis  2000 saya saksikan pada 30 Oktober 2001 di Djakarta Theater Jam 19.30.  Perang yang berkepanjangan menyeret seorang pemuda Afganistan  bernama Djomeh (Jalil Nazari) mengungsi ke Iran.

Djomeh bekerja sebagai pemerah susu di peternakan milik Mahmood (Mahmood Behraznia). Di peternakan itu pemuda berusia 19 tajun ini tinggal bersama pekerja lainnya Habib (Rashid Akbari).

Nah, ketika Djomeh mengikuti Mahmood  ke desa untuk urusan bisnis. Di sini dia jatuh hati  pada anak gadis penjaga toko kelontong  bernama Setareh (Mahbobeh Khalili). Sayangnya kebanyakan warga desa itu curiga kepada orang asing, hingga menjadikan Djomeh ajadi  korban kasih tak sampai.

"Hidup itu pahit, tetapi nanti manis. Seakarang kamu sedang pahit," kata Habib kepada Djomeh. Ending yang miris.

"Djomeh" bukan bermaksud menjadi "Romeo dan Juliet"-nya Iran, tetapi cinta bertepuk sebelah tangan.   Pemenang Camera D'or di Festival Cannes 2000  menyajikan gambar-gambar yang bagus dan beragam pula menampilkan panorama negeri Iran, mulai padang rumput, tanah berbatu, hutan hingga gunung bersalju dari kejauhan.

Hassan Yetapanah menampilkan banyak peristiwa berulang seperti anak-anak yang menganggu Djomeh, rutinitas perjalanan bolak-balik Djomeh dengan Mahmood dengan pikupnya, maupun sepeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun