Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Bedah Buku Diamond Wedding Anniversary Pak Tjip-Bu Ros

8 Februari 2025   23:41 Diperbarui: 8 Februari 2025   23:41 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana bedah buku  60 Diamond  Wedding, Foto: Irvan Sjafari

Sebagai blogger di Kompasiana, bagi saya Tjiptadinata Effendy (Pak Tjip) luar biasa produktif. Sejak bergabung pada 14 Oktober 2012 hingga 7 Februari 2025, Pak Tjip sudah memproduksi 7.550 tulisan. Tulisan-tulisannya umumnya berkisar kehidupan sehari-hari, seperti diary hingga kenangan masa lalunya termasuk kisahnya  dengan Helena Roselina (Bu Ros), yang menjadi istrinya.

Judul-judulnya pun bersahaja, seperti "Ketemu Teman-teman SD", "Salam Hangat dari Singapore", "Merawat Hubungan Baik dengan Anak", "Memahami Arti Kehidupan Keluarga" dan sebagainya.  Bagi saya yang pernah belajar sejarah, kisah hidup  

Pria kelahiran Padang 21 Mei 1943 secara tak sadar mengungkapkan situasi sosial masa mudanya di Padang, merantau ke Medan hingga akhirnya menetap di Australia bisa menjadi sumber penulisan sejarah yang menyukai aliran Annales-yang umumnya dianut sejarawan Prancis untuk mengungkapkan sejarah kehidupan jangka panjang.  

Saya sendiri memang menyukai sejarah dengan  annales  dan mencoba mengungkapkannya di sejumlah tulisan di Kompasiana, selapis demi selapis misalnya tentang Bandung, Jakarta dan Malang dari era kolonial hingga era digital untuk mengungkapkan denyut nadi kehidupan warga kota menghadapi perubahan lingkungan, sosial ekonomi. 

Pak Tjip memberikan informasi yang menarik tentang dalam sebuah tulisannya  Tanah Kongsi di Padang  sebagai sebuah pasar rakyat. Dia membantu ayahnya berdagang di pasar itu menjual kebutuhan bahan pokok. 

Baca: Tanah Kongsi, Bukti Sejarah Urgensi Pasar Rakyat 

Dalam tulisan ini sebagai seorang peranakan Tionghoa, Pak Tjip membantah bahwa tidak semua orang Tionghoa itu kaya, Pasar Tanah Kongsi tempat yang dia sebut sebagai "Orang Tionghoa bokek".   Dia ingat siapa saja yang ada di sekitar kedainya, di antaranya yang berasal Pariaman. Hubungan antar pedagang dan masyarakat di sini digambarkan harmonis.

Apa yang diceritakan Pak Tjip sebangun dengan skripsi yang ditulis oleh  Sandra Kurniawan Abelta "Pasar Tanah Kongsi di Kota Padang 1976-2017) di Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas (2019). Dalam skripsi ini disebutkan sekalipun disebutkan pasar ini sebagai Pasar Tionghoa, tetapi ada orang Minang dan orang Nias berjualan di sini.  Mereka saling berinteraksi dan minim konflik.   Link:  Unand. Ac. Id  

Itu catatan pertama saya untuk acara Bedah Buku  60: Diamond Wedding Tjiptadinata Effendy-Helena Roselina yang digelar di auditorium Perpustakaan Nasional 8 Februari 2025.  Sebuah acara saya taksir dihadiri oleh lebih dari 100 kompasianer yang menjadikan acara ini praktis sebagai mini kopi darat.

Tentunya saya mengenali Dewi Puspasari, Sutiono Gunadi dan beberapa teman dari komunitas film KOMiK. Ada Bily Steven Kaitjily yang gemar menulis soal keberlanjutan dan lingkungan hidup, Syaiful W  Harahap yang piawai mengupas soal HIV/AIDS, Novia Respati  yang banyak menulis fiksi dan masih banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun