Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang Padri: Adu Benteng di Ranah Minang (1)

15 Mei 2021   19:22 Diperbarui: 15 Mei 2021   19:39 2039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasukan Padri---Foto: http://budayominang.blogspot.com/2016/12/sejarah-singkat-perang-padri-1821-1837.html

Letnan Kolonel Vermeulen Krieger dikirim ke Sumatera pasukan menduduki Fort van der Capellen dengan dua kompi. Komandan Belanda ini merasa perlu menyerang kedudukan Kaum Padri di Lintau, di mana mereka telah memperkuat diri.

Untuk itu, eksplorasi Marapalm dan Lintau pertama kali dilakukan. Elout memimpin pasukan utama Belanda dua kolone di bawah Komandan Vermeulen Krieger dan Veltman akan jatuh ke posisi Padris di sayap. Pihak oposisi langsung lumpuh di sini.

Agam sepenuhnya diduduki oleh pasukan Belanda dan mencoba  Bonjol dari mana perlawanan dimulai.  Belanda kehilangan C.J.A.H. Schenck, Kapten Infanteri C.J. A.H Schenk  pada 22 Juli 1832, di Marapalam.

Pada  9 September 1832, Letkol Vermeulen Krieger dengan 300 orang, tentara Eropa dan Bugis, maju melawan posisi di Matua dan Sungai Pua, serta VIII Kota. Mereka mendapat perlawanan keras dan meskipun pasukan Belanda mengalahkan pasukan Padri di kawasan ini. Kemenangan ini membuat dibayar mahal dengan terlukanya Letkol Krieger. Untuk sementara dia digantikan Kapten de Quay. 

Pasukan Kapten De Quay mampu merebut  VIII Kota menyerah dan di dekat Sungai Puar pasukan membangun sebuah benteng yang dinamai Vermeulen Krieger. Tentara Belanda bererak dari Fort de Cock, benteng Belanda di Agam, sekarang Bukittingi, didukung pasukan lain dari dari arah pesisir dan bergabung di Simawang Gadang.

Belanda mengirim ultimatum pada Bonjol.  Satu kelompok Padri yang sudah jemu berperang ingin berdamai. Pada 21 September 1832, Bonjol menyerah tanpa perlawanan. Agam telah ditundukkan.

Pertempuran masih terjadi pada 24 Oktober 1832 yang menyebabkan P.G. van der Weijde, letnan dua artileri P.G. van der Wijde terluka parah di Fort van Der Capellen. Dia meninggal seminggu kemudian pada 31 Oktober 1832. 

Tuanku Imam Bonjol-Foto: Fajar Pos.
Tuanku Imam Bonjol-Foto: Fajar Pos.
Krieger sendiri  pulih dari cedera seriusnya. Dia mengambil alih komando di Dataran Tinggi Padang. Belanda menganggap perdamaian sudah terlaksana. Untuk Sementara.

Di pihak Kaum Padri, kehilangan pimpinan utamanya yaitu Tuanku Nan Renceh yang gugur dalam pertempuran di Mejan, Jorong Bansa, Nagari Kamang pada 1832   

Posisinya kemudian digantikan Muhammad Syahab, yang lahir di Bonjol pada 1 Januari 1772. Dia merupakan putra dari pasangan Bayanuddin Syahab (ayah) dan Hamatun (ibu). Ayahnya, Khatib Bayanuddin Syahab, merupakan seorang alim ulama yang berasal dari Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota. Syahab ditunjuk menjadi Imam di Bonjol. Itu sebabnya dia lebih dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol (Bersambung).

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun