Risa dan adiknya Riri (Sandrinna Michelle) kerap menginap di rumah pamannya Ahmad (Bucek), yang tinggal bersama isterinya Tina dan anak mereka Angki (Shawn Andrian). Sang paman baru pindah ke Bandung, sementara ibunya Risa dan Riri menemani ayah mereka ke luar negeri.
Risa sudah mencium keanehan seperti pamannya membawa bunga sedap malam, menanam bunga itu di halaman dan mengasingkan diri paviliun.
Mulanya Risa mengira pamannya selingkuh. Â Tetapi kemudian pertanyaan beralih selingkuh dengan apa? Ketika memanggil pamannya di paviliun melalui telefon yang angkat suara perempuan dengan logat bule. Ia juga memergoki seorang perempuan Belanda berbusana tempo dulu main piano.
Ternyata bukan Risa saja yang mengalami keanehan itu, tetapi hantu perempuan Belanda itu menteror satu demi satu keluarga pamannya. Â Risa menyadari bahwa yang dihadapinya jauh lebih kuat dibanding Asih.
Risa kembali meminta bantuan  teman-teman, hantu anak Belanda, Peter, William, Jhansen dan kemudian ada dua temannya yang lain Hans dan Hendrick.
                                       ***   Â
Beberapa adegan yang menyeramkan cukup membuat penonton menahan nafas. Di antaranya ketika Tina berzikir di atas sejadah dalam kamar, hantu perempuan itu mengamati, ikut bergoyang-goyang di cermin, kemudian pergi dari lemari. Â
Adegan lain ketika Risa main piano memainkan lagu mantera "Boneka Abdi" disaksikan Angki justru kesurupan dan tertawa seperti suara perempuan Belanda. Walaupun peristiwa kesurupan tidak orisinal benar, mengingatkan  adegan dalam The Exorcist. Prilly menjalankannya dengan baik dan bagi saya salah satu adegan yang terbaik dalam film ini.  Â
Penonton di sebelah saya, dua remaja cukup histeris dibuatnya ketika menyaksikan adegan mimpi berulang sampai dua kali. Risa terbangun mendengar suara salah satu pintu dibuka-tutup. Dia ke bawah dan hari hujan, kemudian  mengambil payung  berjalan ke paviliun. Di sana dia menemukan pamannya tidur di sofa memeluk sebuah diary, ketika mengambil hal menyeramkan terjadi. Baru ketiganya  kenyataan, Risa mengambil diary tua itu.
Pelan-pelan Risa menemukan jati diri hantu Noni Belanda itu, mengapa dia bersuara keras dan mengapa dia tertarik pada pamannya. Â Alasan dia jatuh hati membuat miris dan saya teringat situasi sosial masa kolonial dulu.
Kelebihan film ini memang pada ceritanya yang membumi. Cerita dari pengalaman Risa sebagai anak indigo tentang hantu orang-orang Belanda punya latar belakang seajarah yang cukup kuat. Referensi yang saya baca menyebutkan, Kota Bandung paling banyak dihuni orang Eropa secara prosentase populasi.