Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Teror Hantu Noni Belanda (Masih) Rasa Hollywood

2 April 2018   12:33 Diperbarui: 2 April 2018   12:40 4045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Danur 2: Maddah-Kredit foto; Moviefreak

"Itu, bau Danur. Sepertinya kamu sudah terbiasanya dengannya," ujar perempuan yang sedang membersihkan mayat seseorang di kamar jenazah.

Malam itu Risa (Prilly Latuconsina)  sehabis mengantarkan tantenya Tina (Sophia Latjuba) ke rumah sakit tersasar ke bangsal tempat kamar jenazah. Wajahnya menyimpan rasa ingin tahu bercampur rasa takut.

Nenek itu menuturkan, bahwa hantu menampakan diri kepada orang yang diiginkannya.  Bau danur bisa disamarkan oleh bau bunga sedap malam.

"Maddah, artinya dibaca lebih dalam.  Kamu harus melihat lebih dalam," ucap perempuan tua, seolah tahu masalah apa yang dihadapi Risa.

Salah satu adegan Danur 2: Maddahsebetulnya tidak jauh beda dari film horor umumnya, perlu adegan membuka misteri atau memberikan klu pada penonton.  Tetapi bila disimak lebih dalam maka, adegan ini menjanjikan bahwa Danur 2: Maddah lebih menyeramkan dan memang lebih mendalam daripada film pertamanya, Danur: I Can see The Ghost.

                                                                             ***

Opening scene menarik wawancara dengan sosok Ahmad Mufraeni, paman dari Risa Saraswati penulis novel tentang kisah dirinya yang mempunyai kemampuan indigo (melihat hantu).  Pernyataan Ahmad asli,  tentang pujaan hatinya, "Wajahnya cantik, baunya seperti bunga sedap malam."

Ini kisah nyata, paman saya tentang cintanya dengan dia.  Risa Saraswati menutup dengan narasi.

Adegan berikutnya  mengingatkan pada Danur pertama, Riri, adiknya Risa  tertidur di pohon keramat, dengan boneka berserakan di hamparan rumput. Langit suram dan kemudian munculnya hantu Asih (Shareefah Daanish), lalu Risa terbangun dari mimpinya.

Risa kemudian bangun ketika diminta mandi oleh adiknya, karena mereka hendak bertandang ke rumah pamannya. Risa mengambil baju dari lemari. Ketika dia pergi muncul hantu anak Belanda sahabat Risa dari dalam lemari.

Tiga adegan berturut-turut tampaknya menjanjikan film yang disutradarai Alwi Suryadi ini bakal lebih mencekam.  Penonton di sebelah mulai gelisah, karena selanjutnya nyaris tanpa jeda disugguhi kejadian menyeramkan.

Risa dan adiknya Riri (Sandrinna Michelle) kerap menginap di rumah pamannya Ahmad (Bucek), yang tinggal bersama isterinya Tina dan anak mereka Angki (Shawn Andrian). Sang paman baru pindah ke Bandung, sementara ibunya Risa dan Riri menemani ayah mereka ke luar negeri.

Risa sudah mencium keanehan seperti pamannya membawa bunga sedap malam, menanam bunga itu di halaman dan mengasingkan diri paviliun.

Mulanya Risa mengira pamannya selingkuh.  Tetapi kemudian pertanyaan beralih selingkuh dengan apa? Ketika memanggil pamannya di paviliun melalui telefon yang angkat suara perempuan dengan logat bule. Ia juga memergoki seorang perempuan Belanda berbusana tempo dulu main piano.

Ternyata bukan Risa saja yang mengalami keanehan itu, tetapi hantu perempuan Belanda itu menteror satu demi satu keluarga pamannya.  Risa menyadari bahwa yang dihadapinya jauh lebih kuat dibanding Asih.

Risa kembali meminta bantuan  teman-teman, hantu anak Belanda, Peter, William, Jhansen dan kemudian ada dua temannya yang lain Hans dan Hendrick.

                                                                             ***     

Beberapa adegan yang menyeramkan cukup membuat penonton menahan nafas. Di antaranya ketika Tina berzikir di atas sejadah dalam kamar, hantu perempuan itu mengamati, ikut bergoyang-goyang di cermin, kemudian pergi dari lemari.  

Adegan lain ketika Risa main piano memainkan lagu mantera "Boneka Abdi" disaksikan Angki justru kesurupan dan tertawa seperti suara perempuan Belanda. Walaupun peristiwa kesurupan tidak orisinal benar, mengingatkan  adegan dalam The Exorcist. Prilly menjalankannya dengan baik dan bagi saya salah satu adegan yang terbaik dalam film ini.   

Penonton di sebelah saya, dua remaja cukup histeris dibuatnya ketika menyaksikan adegan mimpi berulang sampai dua kali. Risa terbangun mendengar suara salah satu pintu dibuka-tutup. Dia ke bawah dan hari hujan, kemudian  mengambil payung  berjalan ke paviliun. Di sana dia menemukan pamannya tidur di sofa memeluk sebuah diary, ketika mengambil hal menyeramkan terjadi. Baru ketiganya  kenyataan, Risa mengambil diary tua itu.

Pelan-pelan Risa menemukan jati diri hantu Noni Belanda itu, mengapa dia bersuara keras dan mengapa dia tertarik pada pamannya.  Alasan dia jatuh hati membuat miris dan saya teringat situasi sosial masa kolonial dulu.

Kelebihan film ini memang pada ceritanya yang membumi. Cerita dari pengalaman Risa sebagai anak indigo tentang hantu orang-orang Belanda punya latar belakang seajarah yang cukup kuat. Referensi yang saya baca menyebutkan, Kota Bandung paling banyak dihuni orang Eropa secara prosentase populasi.

Jika melihat adegan per adegan lebih dalam, ada berapa sosok di dalam foto  jadul yang terpotong, hingga aplikasi digital dalam ponsel cerdas yang mampu memperkirakan umur orang yang difoto dalam selfie di kuburan, maka benang merah cerita bisa ditemukan.  Jujur saya sendiri sempat terkecoh pada awalnya.

Saya setuju dengan rekan kompasianer Dewi Puspasari, klimaksnya kurang greget. Sosok hantunya kalau tidak mau menyebut salin rekat  dari Insidious 2, tetapi jelas pengaruh Hollywood. Namun epilog ceritanya seperti Danur pertama dan sebetulnya disampaikan dalam adegan Risa menonton pertunjukkan adiknya main balet, maka Danur 2: Maddah, film horor Indonesia menjanjikan.  

                                                                                                                                    ***

Dari departemen kasting, Prilly Latuconsiana, Sandrinna lebih menjiwai dibanding dalam sekuel ini. Namun acungan jempol pada Bucek Depp, berperan sebagai Ahmad yang sedang kasmaran. Bagaimana dia seperti patung ketika diajak salat berjemaah, makan malam tanpa bersuara.

Pemeran Noni Belanda juga mencuri perhatian, tidak berlebihan. Namun tata riasnya patut mendapatkan pujian juga.    

Hanya saja suasana Kota Bandung tidak tampak terlihat jelas. Sebagian besar dalam rumah, seperti film pertamanya. Petunjuk kota Bandung hanya pada foto dari wawancara dengan Ahmad, mirip rumah di kawasan Dago atau Cipaganti.

Danur 2: Maddah (kembali) menjadi film horor Indonesia berikutnya cukup berkualitas.  Saya berharap konsistensi ini dijaga. Begitu juga sineas selanjutnya ketika menggarap film horor.

Dari segi penonton, sebuah bioskop di Depok tempat saya menonton dua layar bersaing dengan film Indonesia lainnya Teman Tapi Menikah. Saya prediksi  angka satu juta penonton bisa dicapai dalam seminggu.  Untuk menyamai angka 2,7 juta seperti pendahulunya bukan tidak mungkin. Dipastikan Danur 2: Maddah masuk peringkat lima besar Box Office 2018 untuk sementara.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun