Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dilan 1990, Cerita Sederhana dengan Dialog yang Unik

5 Februari 2018   18:09 Diperbarui: 5 Februari 2018   20:16 29958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam Dilan 1990 (Kredit Foto: https://id.bookmyshow.com).

Akses Jakarta-Bandung kalau saya ikut mobil orangtua melalui jalur puncak dengan panorama kebun tehnya yang indah. Pada waktu kecil saya dan adik saya dijemput kakak ibu dengan suburban.  Kalau berpergian sendiri biasanya saya menggunakan kereta api parahyangan dari Gambir ke Stasiun Bandung.   

Era 1990-an pertengahan adalah era terakhir yang akan saya bahas dalam penelitian pribadi saya tentang sejarah Kota Bandung sejak 1920-an, yang saya cicil di Kompasiana menginjak tahun ke tujuh, belum selesai juga. Baik novel maupun filmnya menjadi penting bagi saya karena bisa memberikan gambaran sosiologis seperti apa kehidupan remaja dan masyarakat masa itu-salah satu aspek yang diamati.

Yang saya tangkap dari film ini perjalanan Bandung-Jakarta lewat adegan Milea dan kawan-kawan se-SMA-nya ke TVRI untuk mendukung tim cerdas cerdas cermat sekolah mereka di TVRI lewat jalur puncak. Film ini melengkapi Perahu Kertas yang menggambarkan kereta api sebagai transportasi.

Pada era sekarang akses utama adalah jalur tol Cipularang dan travel shuttle adalah angkutan utamanya. Waktu tempuh yang tadinya empat hingga lima jam diringkas menjadi dua hingga tiga jam, kecuali macet.  Perubahan yang mendorong berkonstribusi positif dari sisi kunjungan pariwisata, tetapi juga sekaligus memberikan konstribusi negatif karena terlambat antisipasi Pemkot Bandung.

Beberapa SMA di Kota Bandung, termasuk tempat Dilan dan Milea sekolah masih mempertahankan bangunan peninggalan Belanda merupakan nilai tambah bagi pelajar di sana. Begitu juga keluarga Milea dan Dilan tinggal di rumah-rumah yang arsitekturnya pada era Kolonial akhir, masih ada halaman luas.

Remaja menggunakan angkot dengan nyaman dan tidak membosankan melewati jalan yang di kanan dan kirinya masih banyak pohon dan tidak sumpek seperti di Jakarta. Anak muda di sana lebih banyak menggunakan sepeda motor yang memang pas untuk jalan kota itu-sebetulnya juga sepeda. Bahwa keberadaan geng motor itu bagi sebagian orang menjadi masalah sosial dan kerap menjurus kriminal adalah soal lain.  

Hingga era 1960-an awal, saya belum menemukan awal kemunculan Geng Motor di Kota Bandung, apalagi sampai muncul Panglima seperti dalam film ini.  Ada klub motor di paruh akhir 1950-an, tetapi lebih banyak orang dewasanya. 

Dilan 1990 menyinggung soal Geng Motor, Dilan sebagai Panglima relatif masih baik, tidak terlihat merokok, minum-minuman keras, kehidupan keluarga harmonis dan santun terhadap Milea (perempuan) dan orangtuanya. Bahwa ia melawan Pak Suripto, gurunya karena ditampar mungkin harus dikritisi, walau Dilan punya argumen dalam sebuah dialog dengan Kepala Sekolah dan Guru BP.  Hanya saja perkelahian antara Dilan dengan Anhar menurut saya wajar karena Anhar menampar Milea (tindakan yang harusnya bisa diproses hukum karena penganiayaan).

Sayangnya dalam film ini tidak diperlihatkan tempat tongkrongan anak muda Bandung masa itu. Gambaran "pop art" masa itu hanya ditangkap dari kamar Dilan, ketika Milea diajak Bunda Dilan menengok, terlihat Majalah Hai berserakan, beberapa penyanyi Barat, tetapi penyanyi Bandungnya sendiri tidak tampil.

Komunikasi melalui telepon analog dan Dilan menggunakan telepon umum koin berhasil digambarkan dengan baik oleh Fajar Bustomi, Sang Sutradara.  

Irvan Syafari  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun