Belakangan istilah buzzer kerap menjadi perbincangan. Lantas, apakah buzzer itu?Â
Buzzer (noun | buzz `er | \ 'b ) atau pendengung, adalah seseorang yang dianggap dapat membuat suatu topik atau produk menjadi lebih menarik dan mengundang atensi yang lebih besar.Â
Ada beberapa macam pendengung, yakni pendengung produk dan bisnis (mempromosikan produk atau usaha/bisnis), pendengung kasus hukum (menggiring opini publik untuk menaruh atensi pada suatu perkara hukum), dan pendengung politik (menggiring isu terkait kampanye politik, membangun citra baik/buruk suatu partai/tokoh).Â
Organisasi pendengung dalam kelompok kecil kurang dari 10 orang, sedangkan dalam kelompok besar bisa 50 - 100 orang. Adanya para pendengung ini membuat banyaknya akun palsu media sosial, tentunya bertujuan untuk membuat suatu isu menjadi viral. Dari 2,2 M akun facebook, 270 juta adalah akun palsu.Â
Dari 336 juta akun twitter, 48 juta adalah akun palsu. Bekerja dengan membuat suatu thread, topik percakapan publik, hingga mengomentari topik lain yang suda ada dari akun utama (pro maupun kontra).Â
Seorang pendengung juga biasa membuat suatu tagar ("#" atau hashtag) yang membantu topik yang digiringnya semakin kuat dan tertaut. Tak hanya informasi dalam rupa teks saja, pendengung juga bekerja dengan konten meme dan video.Â
Pada awalnya, jasa pendengung diperuntukan untuk mempromosikan suatu produk agar diketahui oleh banyak orang. Oleh para politikus, keberadaan pendengung dinilai dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kampanye dan menggiring opini publik.Â
Kelompok yang mengakomodasi para pendengung (agensi) pun melihat bahwa dengan menyediakan jasa bagi para tokoh politik memiliki potensi tanah basah (subur).Â
Mulai sejak tahun 2014, pendengung makin menjamur dalam kampanye-kampanye politik. Digunakan pada pemilu presiden, pilkada DKI Jakarta, dan pada tahun 2019 semakin marak kemunculannya jelang pemilu presiden.Â
Untuk menggunakan jasa pendengung, tokoh atau partai politik menghubungi agensi pendengung, kemudian agensi akan memberi instruksi kepada para pendengungnya.Â
Ada dua jenis pendengung, manusia dan bot. Pendengung manusia dinilai memiliki kekuatan yang lebih karena mampu menganalisis topik bahasan dana mampu membuat strategi penggiringan opini publik.Â
Pendengung manusia aka masuk ke dalam percakapan kelompok, bertindak seolah sebagai anggota biasa. Pendengung bot tidak memiliki kekuatan seperti pendengun manusia, namun efektif dalam membuat suatu isu menjadi viral.Â
Hal ini dikarenakan pendengung bot sudah diprogram untuk secara teratur dan sering mengangkat sutau kata kunci di media sosial. Semakin sering dan besar responnya, semakin viral isu tersebut.Â
Satu isu yang digiring bisa membuat seorang buzzer mengantongi Rp1 juta -Rp60 juta. Kelompok pendengengung biasa umumnya adalah pelajar dan mahasiswa, sedangkan mereka dikoordinasi oleh satu orang pendengung profesional (senior).Â