Bayangkan kamu masuk ke sebuah warung musik yang sajiannya campur baur. Ada dangdut koplo, string orkestra, pop melayu, rap dadakan, dan suling keroncong. Semua dalam satu piring. Di tangan sembarang orang, rasa hidangannya bisa berantakan. Tapi, di tangan chef Gustiwiw, semuanya terasa masuk akal. Bahkan terasa enak.
Kira-kira, itulah rasa yang ditawarkan ENDIKUP, album kedua sekaligus penutup dari musisi muda yang pergi terlalu cepat ini. Album ini bukan sekadar koleksi lagu, tapi perayaan kebebasan berekspresi. Gustiwiw seakan nggak peduli sama yang namanya genre. Semua diterobos! Makanya, di satu lagu, kita bisa mendengar sulingan, koplo, distorsi gitar, bahkan cuplikan orkestra.
Serunya, lagu yang dihasilkan sama sekali nggak ngebingungin. Malah, kita bisa tersenyum-senyum saat mendengarnya. Nggak ada yang namanya pamer teknik. Lagunya di-set untuk jadi teman yang menyenangkan dan enak di kuping.
Kolaborasi yang ditampilkan di album ini juga spesial. Semuanya terasa jujur dan sangat personal. Mulai dari Nehru Rindra yang ikutan ngerap di "Hari yang Mantap", Hifdzi Khoir yang stand up comedian diajak menyelipkan pesan lembut untuk keluarga di lagu "We, Always Together", sampai duet bareng adik kandungnya, Bunga Nafisa, di lagu "Icik-Icik Bum Bum", yang merupakan daur ulang karya sang ayah.
Saat "beradu mekanik" dengan Danilla dan Bilal Indrajaya, Gustiwiw tetap hadir dengan gayanya yang santai, sedikit iseng, tapi tajam. Ini adalah gambaran karakter Gusti yang sangat cair namun punya kekhasan dalam kehidupan sehari-hari.
Satu hal lain yang perlu digarisbawahi adalah kemampuan Gusti meramu lirik. Lirik-liriknya ringan, tapi bukan asal. "Ngambek" terdengar seperti obrolan pasangan di WhatsApp. "Lanjutkan Perjuangan Kita!" adalah anthem pagi yang nggak terkesan menggurui. Dia nggak menulis untuk terdengar puitis. Dia menulis untuk didengar, dipahami, dan dinyanyikan bareng-bareng.
Ada memang momen-momen yang membuat aransemen lagunya terasa terlalu penuh, atau genre melompat terlalu liar. Tapi, itu bagian dari daya tarik ENDIKUP. Album yang nggak takut kedengara terlalu ramai, seperti kehidupan yang kadang riuh rendah. Lewat ENDIKUP, Gustiwiw memamerkan keberanian bersenang-senang dengan musik.
Memang, ada masanya lagu-lagu semodel yang ada di album ini dicap katro dan nggak berkelas. Namun, hari ini, Gustiwiw membuktikan, musik cair dengan lirik ringan ternyata bisa juga diterima di semua kalangan. Khususnya Gen Z, yang merupakan generasinya sendiri.
ENDIKUP adalah album yang bisa membuat pendengarnya merasa lebih ringan. Sebuah album yang terasa "mudah" namun produksinya digarap sangat indah. Ini adalah hadiah perpisahan yang manis dari Gusti. Saya beri 8.7/10 untuk albumnya!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI