Mohon tunggu...
Junaidin Zai
Junaidin Zai Mohon Tunggu... ...

Saya hanya suka menulis, dan berasal dari keluarga baik baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngomong Pakai Logat Nias, Emang Salah?

19 Mei 2025   03:34 Diperbarui: 19 Mei 2025   03:34 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berbicara. (Foto: Narabahasa)

Indonesia negara yang sangat beragam ada ribuan pulau, ratusan suku, dan lebih dari 700 bahasa daerah. Jadi wajar kalau terdapat cara ngomong orang beda-beda. Tapi sayangnya, enggak semua logat diperlakukan sama. Salah satu contohnya adalah logat Nias, yang cukup sering jadi bahan ledekan.

"Ini sebenarnya curhatan penulis. Bayangin aja sejak SD hingga lulus SMA, bahkan di usia yang cukup untuk menikah ini sesekali masih diperlakukan sama. Mereka niru cara orang Nias ngomong yang katanya aneh itu. Ironisnya, mereka tertawa setelahnya," ditulis pada Senin (19/5/2025) sekitar pukul 03.15 WIB.

Lanjut. Padahal, menurut para ahli antropologi linguistik, kayak Alessandro Duranti atau Dell Hymes, (baru nengok referensi di google), logat itu bukan cuma soal "cara ngomong", tapi bagian dari identitas kultural. Jadi pas orang Nias ngomong dengan logat khasnya, mereka sebenarnya sedang "memutar ulang" sejarah, budaya, dan nilai komunitasnya. "Semacam suara yang penuh memori kolektif."

"Lucu" Buat Kalian, Tapi Bisa Nyakitin Ternyata.

Logat Nias punya ciri khas intonasi naik turun, tekanan kata yang unik, dan kadang terdengar "tidak jelas" buat orang yang nggak terbiasa. Tapi banyak yang langsung ngecap, "ih lucu", "hurufnya ada yang kurang", atau yang lebih parah, kelompok-kelompok intelektual yang doyan baca buku, juga sering menertawakannya dari belakang.

Komentar kayak gitu sering muncul di sekolah, kampus, tempat kerja, bahkan di daerah (bukan Nias) tempat mereka tinggal. Dan lebih parahnya, sering dianggap candaan yang "gak usah dibawa serius".

Padahal buat banyak orang Nias, komentar kayak gitu bisa bikin, minder dan enggak Pede dalam beberap hal. Mereka jadi berusaha ngomong kayak orang Jakarta atau pakai bahasa Indonesia versi "TV" supaya diterima. Ini bikin mereka kehilangan kenyamanan jadi diri sendiri. (Jujur banyak orang Nias yang maksain sebenarnya).

Selain iti, auh dari Budaya sendiri. Kalau logat terus dijadikan bahan ledekan, lama-lama orang bisa mikir kalau bahasa dan budayanya itu "aib". Padahal itu warisan budaya yang berharga dan sangat perlu untuk dilestarikan.

Kenapa Bisa Gitu?

Menurut hemat penulis, masalah ini nggak terjadi karena satu-dua orang jahat. Ini lebih dalam. Ini soal struktur sosial yang udah lama terbentuk, di mana logat dari pusat kekuasaan (kayak Jakarta atau Jawa) dianggap "standar" atau "benar", sementara logat dari wilayah lain dianggap lucu, kampungan, intinya tak sesuai standart industri, hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun