Mohon tunggu...
Junaidi Muhammad
Junaidi Muhammad Mohon Tunggu... -

Bapak dengan 5 anak hebat, single parent, dan survivor gagal ginjal. Tujuan saya menulis untuk memotivasi sesama agar tetap kuat bertahan dalam sakit dan cobaan hidup yang mendera, serta meyakinkan bahwa kalian yang senasib dengan saya tidak sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sang Mentor

17 Desember 2017   10:10 Diperbarui: 17 Desember 2017   10:33 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

BMT yang merupakan akronim dari Baitul Maal wat Tamwil adalah sebuah lembaga keuangan mikro syariah di Indonesia. Riaknya dimulai pada pertengahan tahun 1990-an. Embrio lembaga keuangan yang diperuntukkan untuk memberikan kesempatan pada pelaku usaha mikro dan level dibawahnya yang tidak ter-cover permodalannya dari bank konvensional. Tujuan lainnya adalah mencegah merajalelanya praktek rentenir tidak manusiawi yang menjerat dengan bunga uang berlipat. Tujuan yang lebih urgent dari kehadiran gerakan BMT adalah menerapkan sistem syariah dalam praktek transaksi keuangan yang selama ini didominasi oleh sistem riba berbasis kapitalis.

Tulisan ini akan memberikan illustrasi ringan tentang suka duka seputar dinamika kehadiran BMT di indonesia. Adalah Prof. DR. Amin Azis, Prof. Dawam Rahajo, Muslimin Nasution, Adi sasono, Prof. DR. BJ Habibie, DR. Aris Mufti dan sederet nama besar lainnya adalah mentor-mentor utama atas kelahiran kembaga ini.

Melalui program  ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) pendirian gerakan BMT bak cendawan dimusim hujan. Dukungan Bapak Soeharto sebagai presiden waktu itu memudahkan tumbuh kembang lembaga ini. Terkembaganya PINBUK (Pusat Inkubasi Usaha Kecil) yang dimotori oleh beliau Bapak Amin Azis sangat inspiratif serta memberikan warna dalam riak dinamika gerakan BMT.

Saya termasuk segelintir "murid nakal" predikat yang diberikan oleh beliau karena tindak akrobatik saya yang menggoreng strategi dan pendekatan demi keberhasilan gerakan. Kala itu, sebagai manajer, saya pertama kali berhasil menembus aset 100 juta dikala BMT lain masih tertatih diangka puluhan juta.

Ketika hadir di acara pelatihan, training, focus group discussion,dan lainnya dimana saya men-support aktifis gerakan,  nada miring bahkan hujatan pesimis seringkali saya dapatkan. "Impossible" komentar para aktifis gerakan. Seiring perjalanan waktu, pada awal tahun 2000-an BMT Ben Taqwa yang sawa gawangi berhasil menembus aset sebesar 5 miliar. Banyak aktifis yang terkaget dan mulai mencari-cari tahu resep keberhasilannya. Sejak saat itu, Ben Taqwa menjadi fenomenal dalam dunia BMT, bak gadis cantik yang diincar banyak pemuda tampan. 

Semenjak itu saya memiliki kesibukan extra karena seringkali diundang untuk memberikan motivasi dan pelatihan ke BMT-BMT, dinas dan departemen terkait, hingga Bank Indonesia. Penampilan saya berubah. Saya mulai belajar pakai jas dan dasi, seolah mentor profesional sungguhan.

Dengan serangkaian strategi kreatif yang saya susun beserta tim, membuahkan hasil manis dimana pada awal tahun 2004 aset Ben Taqwa mencapai 14 belas miliar dengan omzet hampir 20 miliar. Jumlah tersebut merupakan nominal tertinggi, terbaik dan fenomenal pada saat itu. Ben Taqwa sukses dengan 17 cabang dan 150-an pengelola yang tersebar. Anggota kami terbilang sangat loyal sehingga kemudian mengantar Ben Taqwa menjadi barometer gerakan BMT di Indonesia kala itu. Sebagai general manager yang tumbuh profesional saya melengkapi korporasi Ben Taqwa dengan mengakuisisi BPR Syariah pertama di Indonesia dari Purwokerto ke Puwodadi, serta mendirikan Yayasan Islamic Centre yang bergerak dibidang pendidikan Islam terpadu.

Mei 2004, saya rasa menjadi saat yang tepat bagi saya untuk pamit dan berkarir ke tempat lain. Kehadiran saya di Ben Taqwa melalui proses hiring profesional, tanpa masuk ke dalam jajaran kepengurusan dan tidak memikiki saham sebagai pendiri. 

Noktah kecil yang saya torehkan dalam gerakan BMT tidak mungkin terlupakan. Dari sanalah saya memperoleh banyak teman dan jaringan yang luas. Gerakan BMT menghantarkan saya melanglang buana kemana-mana; lembaga pemberdayaan dan perbankan serta konsultan LKMS. Hampir seluruh wilayah di Indonesia telah saya datangi, bahkan hingga Afrika Utara (Kenya dan Uganda), kedua negara ini adalah kado terakhir yang indah sebelum saya divonis gagal ginjal oleh dokter pada 4 April 2016. Semenjak sakit, saya tidak bisa leluasa melakukan perjalanan jauh seperti dulu lagi. Alhamdulillah, mungkin Allah mempersilahkan saya untuk sejenak beristirahat. Hanya Dia-lah yang tahu rahasia kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun